Dalam sebuah pidato di hadapan Senat Filipina pada hari Rabu, Senator Antonio Trillanes mengatakan bahwa laporan administrasi Duterte tersebut menunjukkan 3.967 "tokoh terkait narkoba" telah dibunuh setelah dituduh menolak penangkapan selama operasi polisi antara 1 Juli 2016 dan 27 November 2017.
Selain itu juga tercatat ada sebanyak 16.355 kasus pembunuhan lainnya mulai 1 Juli 2016 sampai 30 September 2017 yang diklasifikasikan sebagai "dalam penyelidikan".
Laporan tersebut juga menyebutkan 118.287 orang terkait narkoba telah ditangkap, dan 1.308.078 orang lainnya menyerahkan diri kepada pihak berwenang pada periode yang sama.
Semua tokoh terdaftar sebagai "accomplishments" dalam dokumen resmi berjudul "Fighting Ilegal Narkoba: #RealNumbers".
Berdasarkan laporan pemerintah, maka berarti jumlah kematian yang sebenarnya terkait dengan perang obat setidaknya 20.322.
"Oleh karena itu, semua kematian ini berhubungan dengan narkoba dan bukan untuk penyebab lain. Itu jelas," kata Trillanes seperti dimuat
Al Jazeera.
"Sementara negara terus menertawakan lelucon Duterte, lebih dari 20.000 warga negara kita terbunuh," tambahnya.
Trillanes, yang berbicara dalam bahasa Filipina dan Inggris, mengatakan bahwa hanya di Filipina, presiden memamerkan "pembunuhan" warganya.
"Mereka pada dasarnya mengakui bahwa tidak ada yang disebut pembunuhan main hakim sendiri, bahwa kematian ini sebenarnya merupakan eksekusi yang disponsori negara," katanya.
[mel]