Gerilyawan Al-Shabaab Rekrut Anak-anak Dan Peras Warga Sipil Di Somalia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Kamis, 22 Februari 2018, 12:38 WIB
Gerilyawan Al-Shabaab Rekrut Anak-anak Dan Peras Warga Sipil Di Somalia
Al Shabaab/The Guardian
rmol news logo Gerilyawan Al-Shabaab di Somalia memeras sejumlah besar masyarakat yang kelaparan dan merekrut ratusan anak-anak secara paksa sebagai tentara dan pelaku bom bunuh diri karena kelompok di saat kelompok teror tersebut menghadapi tekanan keuangan dan krisis moral.

Dokumen intelijen, transkrip interogasi dengan para pembelot dan wawancara baru-baru ini yang dilakukan oleh media The Guardian dengan penduduk daerah di wilayah Somalia tengah dan selatan yang dikuasai oleh al-Shabaab telah menyoroti hal tersebut.

Dalam penelusuran tersebut ditemukan bahwa pelanggaran HAM sistematis yang setara dengan yang dilakukan oleh kelompok militan ISIS di Irak dan Suriah sedang dilakukan oleh militan Islam yang berafiliasi dengan al-Qaida di Somalia.

Kelompok tersebut diketahui telah membunuh puluhan warga sipil, orang-orang gay, melakukan pernikahan paksa, dan menggunakan populasi sipil sebagai tameng manusia.

Dalam satu insiden 2017 yang diselidiki oleh The Guardian, seorang pria dilempari batu sampai mati karena perzinahan. Di tempat lain, empat pria dan seorang anak laki-laki berusia 16 tahun ditembak mati oleh regu tembak setelah dituduh memata-matai pihak berwenang Somalia.

Ada juga kasus di mana seorang pria berusia 20 tahun dan seorang anak laki-laki berusia 15 tahun terbunuh di lapangan umum setelah dinyatakan bersalah oleh pengadilan agama homoseksualitas.

Bukan hanya itu, ada juga kasus di mana setidaknya lima orang dicambuk di depan umum setelah dituduh melakukan perilaku tidak bermoral atau tidak benar. Mereka termasuk anak berusia 15 tahun dan 17 tahun yang diberi 100 cambukan masing-masing untuk tindakan "percabulan".

Pejabat PBB mengatakan mereka telah menerima laporan tentang perampokan karena perzinahan. Mantan pemimpin al-Shabaab, Hassan Dahir Aweys, yang membelot pada tahun 2013, menggambarkan tujuan kelompok tersebut adalah sebagai bentuk pemerintahan Islam tanpa campur tangan kekuatan barat di Somalia.

Al-Shabaab, yang dulu menguasai sebagian besar Somalia selatan dan tengah, termasuk ibukota Mogadishu, terpaksa mundur ke daerah pedesaan dengan kekuatan militer yang diambil dari tentara regional tujuh tahun lalu. Sejak itu terbukti tahan banting, dan tetap menjadi salah satu organisasi teroris paling mematikan di dunia, namun tampaknya menderita krisis moral dan tekanan finansial, mendorong dorongan untuk memeras pendapatan dari masyarakat pedesaan yang miskin. [mel]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA