Mengutip
The Guardian yang juga merujuk pada laporan media Axios, pertengkaran terjadi di hari pertama kunjungan Trump. Pada saat itu terjadi perkelahian antara agen China dan Amerika Serikat saat Trump mengunjungi Aula Besar Rakyat di mana dia dijadwalkan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping.
Mengutip lima sumber terpisah, Axios melaporkan bahwa pejabat China telah memblokir masuknya pembantu militer Amerika Serikat yang membawa "Nuclear Football", yakni sebuah tas kulit hitam yang berisi kode-kode yang memungkinkan presiden untuk melakukan serangan nuklir.
Sebagai informasi, Nuclear Football, atau nama lainnya adalah President's Emergency Satchel dan The Button adalah koper berwarna hitam yang digunakan oleh presiden Amerika Serikat untuk memerintahkan penggunaan senjata nuklir. Benda ini dirancang agar presiden dapat memberi perintah itu ketika tidak berada di tempat komando, misalnya White House Situation Room. Informasi lebih terperinci mengenai Nuclear Football adalah rahasia.
Seorang pejabat Amerika Serikat dilaporkan kemudian bergegas masuk ke sebuah ruangan yang berdampingan untuk memberi tahu kepala staf Amerika Serikat, John Kelly tentang apa yang sedang terjadi.
"Kelly bergegas dan mengatakan kepada pejabat AS untuk terus berjalan 'Kami pindah,' katanya dan kami semua mulai bergerak," kata sumber tersebut.
Namun lalu ada keributan terjadi.
"Seorang petugas keamanan China meraih Kelly, dan Kelly menyingkirkan tangan pria itu dari tubuhnya. Kemudian agen layanan rahasia Amerika Serikat mencengkeram petugas keamanan China dan menjatuhkannya ke tanah," katanya.
Laporan tersebut mengatakan bahwa pertengkaran itu terjadi hanya dalam sekejap dan pejabat diperintahkan untuk merahasiakan pertengkaran tersebut.
Jonathan Swan, koresponden politik di balik laporan tersebut, menulis, "Saya diberi tahu bahwa tidak ada gunanya orang China memiliki Nuclear Football atau bahkan menyentuh kopernya. Saya juga diberitahu kepala detektif keamanan China meminta maaf kepada Amerika sesudahnya atas kesalahpahaman tersebut."
Dinas rahasia Amerika Serikat pada awalnya mengklaim bahwa laporan tentang salah satu agennya menangani pejabat negara tuan rumah adalah palsu namun kemudian mengakui soal adanya perkelahian pendek yang telah terjadi setelah seseorang mencoba menghentikan salah satu "pelindungnya" memasuki sebuah ruangan.
"Individu mematuhi petunjuk agen dan tidak ada tindakan lebih lanjut yang diperlukan," kata juru bicara layanan rahasia Cody Starken dalam sebuah pernyataan.
[mel]
BERITA TERKAIT: