"Ini bukan langkah bijak. Ini berarti Amerika Serikat menduÂkung gerakan anti pemerintah," bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri China di laman webnya.
Namun, Kongres AS namÂpaknya serius akan mengajuÂkan ketiga nama tersebut ke komite pemilihan Nobel PerÂdamaian di Oslo, Norwegia.
"Upaya damai mereka unÂtuk reformasi politik dan keÂmandirian di Hong Kong perlu diacungi jempol," bunyi surat rekomendasi Kongres AS, yang ditandatangani politisi Republik Marco Rubio berÂsama empat politisi Demokrat dan delapan politisi Republik.
Wong dan kedua temannya memulai aksi gerakan pro demokrasi yang akrab disÂebut 'Revolusi Payung.' Aksi Wong dan temannya menÂgundang dukungan puluhan ribu warga Hong Kong dan sempat membuat pemerintah Beijing kewalahan. Pasalnya, baru kali ini pemerintah China menghadapi gerakan populis yang didukung pendukung sebanyak itu.
Wong dan kelompok RevÂolusi Payung menginginkan kemerdekaan untuk Hong Kong. Wong menganggap keÂbijakan 'one country, two sysÂtems' adalah bentuk ketamakan China atas Hong Kong.
"Mereka adalah pemimpin yang membawa Hong Kong memperjuangkan demokrasi. Anak muda ini telah mengamÂbil langkah tegas demi kebeÂbasan dan kemerdrkaan yang seutuhnya," bunyi surat rekoÂmendasi kongres AS kepada komite Nobel Perdamaian.
Aksi Wong dan rekannya dimulai sejak akhir 2014 dan berlangsung selama 79 hari. Aksi mereka ini bahkan menÂjadi sorotan dunia. Sayangnya, aksi damai mereka ini tidak membuahkan hasil manis. Hong Kong masih berada di bawah ketiak China. Negeri Panda itu bahkan memerinÂtahkan Wong dan rekannya diÂtahan. Wong dan keluarganya bahkan dilarang ikut pemilu legislatif Hong Kong atas perÂmintaan China. ***
BERITA TERKAIT: