Para tersangka adalah warga Perancis keturunan Tunisia dan Maroko.Mereka disebut sedang merencanakan teror yang sedianya dilancarkan awal Desember atas perintah Islamic State atau ISIS.
Jaksa penuntut, Francois Molins, menyatakan, empat pemuda ditangkap pada hari Minggu di kota Strasbourg bagian timur Perancis. Mereka diplot melaksanakan serangan pada tanggal 1 Desember. Namun penyidik belum menentukan "target yang dipilih khusus" oleh kelompok itu.
Presiden Perancis, Francois Hollande, dengan percaya diri mengatakan bahwa serangan skala besar sudah digagalkan.
Meski tidak menyebutkan target spesifik, namun suasana keamanan yang diperketat sangat terasa pekan ini di markas kepolisian Paris.
Pada malam mereka ditangkap, dua dari para tersangka itu baru saja mendownload aplikasi Periscope, yang memungkinkan seseorang untuk live streaming di internet dengan ponsel.
"Aktivitas mendownload aplikasi mengindikasikan mereka sedang menyiapkan sebuah serangan dalam waktu dekat," kata Molins.
Keempat tersangka itu juga dituntut dalam kasus kepemilikan senjata dan amunisi, yakni dua pistol, dua senapan otomatis, dan puluhan peluru dengan kaliber yang berbeda. Penyelidik juga menemukan petunjuk soal transfer uang, koordinat GPS dan penjelasan rinci untuk mendapatkan senjata.
Selain empat orang di Strasbourg, kepolisian Perancis juga menangkap seorang tersangka di Marseille pada saat yang sama.
Molins mengatakan, tersangka yang ditangkap di Marseille tidak berhubungan langsung dengan empat lainnya. Namun, diyakini bahwa mereka mendapat "bimbingan jarak jauh" dari anggota ISIS yang sama.
Setelah ditahan sejak Minggu, lima orang itu dipindahkan pada hari Jumat (25/11) untuk diadili di gedung pengadilan Paris.
[ald]
BERITA TERKAIT: