Obama Murka, Kirim Kapal Perang Ke Libya

Pasca Dubesnya Tewas, Keamanan Kedutaan AS Di Seluruh Dunia Diperketat

Jumat, 14 September 2012, 09:30 WIB
Obama Murka, Kirim Kapal Perang Ke Libya
Barack Obama

rmol news logo Presiden Barack Obama murka atas serangan yang terjadi di Konsulat Amerika Serikat (AS) di Benghazi, Libya, Selasa malam (11/9). AS mengirim dua kapal perang dan 50 anggota unit khusus Korps Marinir untuk memperkuat pengamanan pos-pos diplomat mereka di negara kaya minyak itu.

Pejabat militer AS yang me­nolak disebut namanya, menga­takan, yang dikirim ada­lah pa­sukan Armada Antiteror dan Tim Keamanan (FAST) yang dilatih khusus untuk reaksi cepat dan melindungi pekerja peme­rin­tah di luar negeri.

Dua kapal perang tersebut di­berangkatkan menuju Pantai Lib­ya seiring dengan instruksi Pre­siden Barack Obama pasca in­siden yang menewaskan empat warga AS, termasuk Duta Besar John Christopher Stevens, agar pos-pos diplomatik AS di Libya dan seluruh dunia mening­katkan pengamanan terkait de­ngan aksi protes anti-Amerika dan sera­ngan teroris yang terjadi di se­jumlah negara.

Aksi protes anti-Amerika itu, dipicu film amatir berjudul In­nocence of Moslems yang di­buat di AS, yang dianggap meng­hina Nabi Muhammad SAW.  

“Amerika Serikat mengutuk keras serangan kelewat batas dan mengejutkan terhadap fasilitas diplomatik kami di Benghazi,” kata Obama seperti dilansir Reuters, kemarin.

Obama juga menambahkan, kekerasan ini tidak akan meng­ganggu hubungan antara AS de­ngan pemerintahan baru Li­bya. “Kami akan bekerja dengan pe­merintah Libya untuk meng­adili para pembunuh yang me­nye­rang orang-orang kami,” jelasnya.

Obama juga telah meme­rin­tah­kan peningkatan keamanan di pos-pos diplomatik AS di selu­ruh dunia setelah serangan ini. Me­nurut Kementerian Luar Ne­geri AS, situasi di sekitar Kon­sulat AS di Benghazi sudah dapat dikendalikan. Se­mua staf yang tersisa di Beng­hazi telah di­evakuasi dan Ke­dutaan Besar AS di Tripoli di­nyatakan dalam sta­tus darurat.

Kekerasan di Benghazi dan Kairo berpotensi menyebar ke negara-negara Muslim lainnya. Kemarin, polisi menembakkan gas air mata pada demonstran yang marah di luar Kedutaan Besar AS di Tunisia. Beberapa ratus orang berkumpul di depan Kedutaan AS di Sudan.

Di Ma­roko, puluhan demons­tran mem­bakar bendera Amerika dan meneriakkan slogan-slogan anti Amerika di dekat konsulat AS di Casablanca.

Sumber di pemerintah AS me­ngatakan, serangan di Beng­hazi mungkin telah direnc­a­nakan. Pa­salnya, para penyerang meng­gu­nakan senjata berat. Se­lain itu, serangan terjadi ber­tepatan da­lam peringatan 11 Sep­tember.

“Ada indikasi kelompok Islam radikal bernama Ansar al-Sharia --yang diterjemahkan sebagai Pendukung Hukum Islam-- mung­­kin terlibat. Kelompok ini diketahui merupakan kelompok yang bersimpati dengan Al Qae­da, yang menjadi dalang di balik serangan terorisme di AS pada 11 September. Besar kemung­ki­nan serangan ini telah terorgan­isir,” kata seorang pejabat AS.

Serangan itu menjadi amunisi capres Partai Republik Mitt Rom­ney menyerang rivalnya Obama. Romney menuding Oba­­­ma le­mah menjaga keama­nan misi AS di luar negeri.

Obama langsung me­respons kritikan Romney ter­sebut. Me­nurut Obama, dalam berpidato Romney bak menem­bakkan pe­luru terlebih dulu se­belum mem­bidik sasaran.

“Ada pelajaran besar yang bisa diambil dari masalah ini. Gu­ber­nur Romney lebih memilih untuk menembak terlebih dulu dan setelah itu dia baru mem­bidik,” ujar Obama, seperti di­kutip Daily Mail, Kamis (13/9).

“Sebagai Presiden, satu hal yang saya pelajari adalah, Anda harus memastikan dulu fakta-fakta mengenai pernyataan yang akan Anda lontarkan dan Anda juga harus mempertimbangkan konsekuensinya,” tegas Obama.

Dunia Mengecam

Insiden di Kedubes Libya me­ngundang kecaman dari Ka­nada. “Kanada mengecam keras dan sangat menyesalkan serangan tak masuk akal kemarin di kon­sulat AS di Benghazi, Libya,” cetus Menteri Luar Negeri Ka­nada John Baird.

“Doa dan pikiran kami untuk keluarga Dubes Christopher Stevens dan tiga pejabat AS lainnya yang kehilangan nyawa saat mengabdi untuk negara merea,” imbuh Baird.

“Kami meminta otoritas Libya untuk mengambil semua lang­kah yang diperlukan guna me­lindungi tempat-tempat diplo­matik sesuai kewajiban interna­sional Libya. Kami juga menye­rukan pejabat-pejabat Libya un­tuk memastikan para ekstre­mis yang bertanggung jawab se­gera dibawa ke pen­ga­dilan,” imbuh diplomat tinggi Kanada itu.

Baird juga mengatakan, pe­merintah Kanada akan meninjau ulang langkah-langkah penga­manan di kedutaan Kanada di Tripoli.

Sekjen PBB Ban Ki-moon dan Dewan Keamanan PBB ju­ga me­ngutuk aksi tersebut. Me­nurut pernyataan yang di­sam­paikan juru bicaranya, Va­nnina Maes­tracci, Sekjen PBB merasa pri­hatin atas terjadinya serang­an itu dan menya­takan rasa duka cita yang men­dalam kepada Pe­merintah AS serta keluarga para korban. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA