“Banyak korban bencana yang sudah mulai kehilangan akal. ‘Buat apa lagi saya hidup?’ Itulah yang saya dengar dari warga yang selamat,†ujar Sugimoto, mengutip sejumlah korban bencana yang depresi.
Menurut Sugitomo, sejak krisis keuangan yang melanda kawasan Asia pada 1997, jumÂlah orang yang memilih harakiri mencapai 30 ribu jiwa pada taÂhun lalu. “Setiap 15 menit satu orang bunuh diri,†ujarnya.
Mereka yang nekat melakuÂkan harakiri Rata-rata berusia 20-44 tahun untuk laki-laki dan 15-34 untuk perempuan. PunÂcakÂnya pada Maret. Bulan MaÂret meruÂpakan masa berakhirÂnya tahun fiskal negeri berpoÂpulasi 127 juta jiwa itu.
Belum lama ini, Sugitomo mendengar ada petani yang buÂnuh diri karena tanaman kubisÂnya terpapar zat radioaktif dari Pembangkit Listrik Tenaga NukÂlir Fukushima Daiichi, yang salah satu reaktornya terbakar. Juga seorang pekerja di PLTN itu yang stres karena kelelahan serta seorang ayah yang memilih mati karena tak kunjung meneÂmukan anakÂnya yang hilang.
“Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi. Kita mesti bersabar,†ujar Sugitomo. Itu sebabnya, PM Kan menerÂjunkan 25 ribu serÂdadu Pasukan Bela Diri Jepang guna menyisir wilayah yang terkena gempa dan tsunami.
Pemerintah ingin segera meÂnunÂtaskan masalah korban tewas atau hilang akibat benÂcana itu. Sebanyak 90 pesawat dan 50 kapal perang ikut dikeÂrahÂkan.
[RM]
BERITA TERKAIT: