Harga Minyak Naik Terdorong Risiko Geopolitik

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Selasa, 02 Desember 2025, 09:53 WIB
Harga Minyak Naik Terdorong Risiko Geopolitik
Ilustrasi (Artificial Inteligence)
rmol news logo Harga minyak kembali naik didorong meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap serangan drone Ukraina ke fasilitas energi Rusia serta memanasnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Venezuela.

Dikutip dari Reuters, dalam pembukaan perdagangan Selasa 2 Desember 2025, harga minyak Brent naik 0,2 persen ke 63,31 Dolar AS per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) menguat 0,3 persen ke 59,50 Dolar AS per barel. Kedua patokan harga itu sebelumnya sudah naik lebih dari 1 persen pada sesi sehari sebelumnya.

Kenaikan harga terjadi setelah Konsorsium Pipa Kaspia (CPC) menyatakan bahwa pengiriman minyak dari salah satu titik tambat di terminal Laut Hitam telah kembali berjalan. Titik tambat kedua masih rusak akibat serangan drone Ukraina pada 29 November. Media Rusia Kommersant menyebut hanya Single Point Mooring 1 yang dapat beroperasi.

Analis Ritterbusch and Associates menilai konflik ini memperkecil peluang tercapainya kesepakatan damai. “Aksi militer mendukung pandangan kami bahwa kesepakatan damai masih jauh, dan pasar diesel/gasoil bisa mendorong harga minyak kembali naik,” tulis mereka dalam catatan.

Dari sisi diplomasi, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan prioritas Kyiv tetap mempertahankan kedaulatan dan memperoleh jaminan keamanan kuat, sementara perebutan wilayah masih menjadi isu tersulit. Utusan AS Steve Witkoff dijadwalkan memberikan penjelasan kepada Kremlin pada Selasa.

Di sisi lain, ketegangan AS-Venezuela juga menambah kekhawatiran pasokan. Presiden AS Donald Trump mengatakan wilayah udara Venezuela “harus dianggap tertutup sepenuhnya,” meski tanpa penjelasan lebih lanjut. Analis ANZ menilai kebijakan Washington bisa semakin menghambat ekspor minyak Venezuela.

Sementara itu, OPEC+ pada Minggu menegaskan tetap menaikkan produksi dalam jumlah kecil pada Desember, namun akan menahan kenaikan produksi pada kuartal pertama tahun depan karena meningkatnya kekhawatiran terhadap kelebihan pasokan. Ritterbusch memperkirakan fundamental pasar masih berpotensi menekan harga ke level 55 Dolar AS untuk WTI dan 59 Dolar AS untuk Brent dalam jangka menengah. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA