Harga Minyak Dunia Naik Terbakar Gejolak AS-Venezuela

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 01 November 2025, 11:33 WIB
Harga Minyak Dunia Naik Terbakar Gejolak AS-Venezuela
Ilustrasi (Foto: Artificial Intelligence)
rmol news logo Harga minyak dunia ditutup sedikit menguat pada Jumat, 31 Oktober 2025, setelah mengalami sesi perdagangan yang bergejolak. 

Kenaikan terjadi usai laporan media menyebut serangan udara Amerika Serikat (AS) terhadap Venezuela bisa dimulai dalam beberapa jam, namun harga kembali turun setelah Presiden AS Donald Trump membantah kabar tersebut di media sosial.

Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent ditutup di level 65,07 Dolar AS per barel atau naik 0,11 persen, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 0,68 persen ke 60,98 Dolar AS per barel.

“Apakah ini hanya tipuan Donald Trump?” ujar Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group. Ia mengingatkan bahwa Trump pernah melakukan hal serupa terhadap Iran, membantah rencana serangan sebelum akhirnya benar-benar melancarkannya.

"Pasar langsung bereaksi begitu laporan serangan ke Venezuela muncul. Jika serangan benar terjadi akhir pekan ini, harga minyak bisa melonjak tajam pada Senin," tambah Flynn.

Ketegangan meningkat setelah AS dilaporkan mengerahkan kapal induk terbesar, USS Gerald Ford, ke perairan dekat Venezuela. Langkah ini dinilai berlebihan untuk operasi melawan penyelundupan narkoba yang selama ini menjadi alasan resmi aktivitas militer AS di Karibia.

“Jelas ada sesuatu yang lebih besar terjadi,” kata John Kilduff dari Again Capital LLC. “Bagi pedagang minyak, ini situasi klasik: beli dulu, pikir belakangan," ujarnya.

Di sisi lain, Dolar AS menguat mendekati posisi tertinggi tiga bulan terhadap sejumlah mata uang utama, membuat harga minyak -- yang diperdagangkan dalam dolar -- menjadi lebih mahal bagi pembeli luar negeri.

Sementara itu, Arab Saudi dikabarkan akan menurunkan harga jual minyak bulan Desember untuk pembeli Asia ke level terendah dalam beberapa bulan, mencerminkan pelemahan permintaan. 

Tekanan tambahan datang dari survei manufaktur China yang menunjukkan penurunan aktivitas pabrik selama tujuh bulan berturut-turut pada Oktober.rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA