Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, kondisi ini mencerminkan lemahnya permintaan pembiayaan dari dunia usaha di tengah suku bunga kredit yang masih tinggi.
“Permintaan kredit belum kuat karena pengusaha
wait and see dan suku bunga kredit relatif tinggi,” kata Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Oktober 2025, pada Rabu 22 Oktober 2025.
Menurut Perry, lemahnya permintaan kredit itu juga tergambar dari posisi undisbursed loan yakni kredit yang sudah disetujui namun belum dicairkan yang mencapai 22,54 persen dari total kredit, setara Rp2.374,8 triliun per September 2025.
“Kondisi ini utamanya disumbang oleh segmen perdagangan dan industri pertambangan dengan jenis kredit modal kerja,” kata Perry.
Kapasitas pembiayaan bank juga dinilai memadai, tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai 11,18 persen yoy.
“Seiring ekspansi keuangan pemerintah, termasuk penempatan dana pemerintah serta kebijakan pelonggaran likuiditas dan insentif makroprudensial dari Bank Indonesia,” kata Perry.
Ke depan, BI memperkirakan pertumbuhan kredit pada 2025 akan berada di batas bawah kisaran 8-11 persen secara tahunan, dan akan mulai menguat pada 2026.
BERITA TERKAIT: