Perdamaian Rusia-Ukraina Masih Gantung, Harga Minyak Naik Hampir 2 Persen

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Kamis, 21 Agustus 2025, 09:16 WIB
Perdamaian Rusia-Ukraina Masih Gantung, Harga Minyak Naik Hampir 2 Persen
Ilusrasi (Foto: RMOL/Reni Erina)
rmol news logo Pasar minyak dunia masih dipengaruhi perkembangan damai antara Rusia dan Ukraina yang belum menunjukkan perkembangan signifikan, mengerek harga naik hampir 2 persen pada penutupan perdagangan Rabu, 20 Agustus 2025.

Dikutip dari Reuters, minyak mentah Brent naik 1,05 Dolar AS atau 1,6 persen menjadi 66,84 Dolar AS per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 86 sen atau 1,4 persen, menjadi 63,21 Dolar AS per barel.

Kenaikan ini dipicu laporan bahwa persediaan minyak mentah AS turun lebih besar dari perkiraan. 

Badan Informasi Energi AS (EIA) mencatat, pada pekan yang berakhir 15 Agustus, perusahaan energi menarik 6 juta barel minyak dari stok mereka. Angka ini jauh lebih besar dibanding prediksi analis sebesar 1,8 juta barel dan juga lebih tinggi dari penurunan 2,4 juta barel yang dilaporkan American Petroleum Institute (API).

Menurut John Kilduff, analis di Again Capital, penurunan stok minyak, ekspor yang meningkat, dan permintaan kilang yang tinggi membuat laporan ini terlihat positif bagi pasar minyak.

"Kami mengalami penurunan minyak mentah yang cukup besar. Kami melihat peningkatan ekspor. Hal itu dan permintaan kilang yang kuat benar-benar menjadikan laporan ini optimis," kata Kilduff.

Di sisi lain, investor masih memantau perkembangan perundingan damai Rusia-Ukraina. Sanksi terhadap minyak Rusia tetap berlaku, tetapi pasar bereaksi terhadap kabar terbaru dari negosiasi tersebut.

Sehari sebelumnya, harga minyak sempat turun lebih dari 1 persen, dengan WTI ditutup di level terendah sejak 30 Mei. Penurunan itu terjadi karena pasar sempat optimistis perang Rusia-Ukraina segera berakhir, yang bisa membuka kembali pasokan minyak Rusia ke pasar global.

Presiden AS Donald Trump sendiri telah menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin kemungkinan belum siap mencapai kesepakatan. 

Rusia sendiri merupakan produsen minyak terbesar kedua di dunia setelah AS, sehingga jika sanksi dicabut, pasokan minyak global bisa meningkat.rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA