Dalam konvensi yang digelar di Bandung ini, Pertamina menampilkan sejumlah teknologi strategis karya anak bangsa, salah satunya Rig Merah Putih.
Rig pengeboran migas buatan dalam negeri hasil kolaborasi PT Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI) dan PT Pindad (Persero) ini diharapkan menjadi ujung tombak mewujudkan swasembada energi nasional, sekaligus meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di sektor energi.
“Kami siap mendukung peningkatan produksi migas nasional dan pengembangan geothermal dengan teknologi karya anak negeri,” kata Direktur Utama PDSI, Avep Disasmita, Minggu, 10 Agustus 2025.
Sebagai bagian dari dukungan terhadap pendidikan tinggi, PDSI juga menyerahkan bantuan alat laboratorium kepada Program Studi Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB). Hal ini sejalan dengan komitmen perusahaan terhadap SDG 4, yaitu Pendidikan Berkualitas.
Transisi Energi dan Teknologi HijauTak hanya inovasi di sektor hulu migas, Pertamina juga menunjukkan peran aktif dalam transisi energi.
Wakil Direktur Utama Pertamina Oki Muraza, dalam salah satu sesi paralel KSTI, menegaskan arah strategis Pertamina ke depan yang tidak hanya mengandalkan bisnis hidrokarbon, tapi juga mengembangkan energi hijau dan teknologi berkelanjutan. Kesemuanya bertujuan mencapai ketahanan energi Indonesia
Beberapa program unggulan antara lain pengembangan bioetanol dari molase, sorghum, dan nira aren, serta produksi Sustainable Aviation Fuel (SAF) dari minyak goreng bekas (
used cooking oil/UCO). Kilang Pertamina Cilacap, Dumai, dan Balongan saat ini tengah menjalankan proyek pengolahan bahan bakar ramah lingkungan ini.
“Kami menargetkan Indonesia menjadi hub produksi SAF untuk kawasan ASEAN. Untuk itu, Pertamina terus mendorong terbentuknya ekosistem nasional pengumpulan used cooking oil,” terang Oki.
Perkuat Kerja Sama RisetDi sela rangkaian KSTI, Pertamina dan ITB menandatangani nota kesepahaman strategis di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri dan Rektor ITB Prof Tatacipta Dirgantara.
Kerja sama ini meliputi pengembangan sumber daya manusia, riset teknologi energi, hingga penguatan kapasitas industri. Salah satu wujud nyata hasil kolaborasi jangka panjang ini adalah “Katalis Merah Putih” yang kini telah mencapai tahap komersialisasi.
“Kolaborasi seperti ini penting agar teknologi yang dikembangkan benar-benar menjawab kebutuhan nasional, termasuk untuk mendukung produksi di hulu migas, efisiensi kilang, hingga energi terbarukan,” tambah Oki Muraza.
BERITA TERKAIT: