Kadin Ungkap RI Berupaya Kurangi Ketergantungan Dagang dengan China

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/alifia-dwi-ramandhita-1'>ALIFIA DWI RAMANDHITA</a>
LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA
  • Senin, 04 Agustus 2025, 11:05 WIB
Kadin Ungkap RI Berupaya Kurangi Ketergantungan Dagang dengan China
Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan dan Hubungan Internasional Kadin Indonesia, Pahala Nugraha Mansury/RMOL
rmol news logo Indonesia tengah berupaya mengurangi ketergantungan terhadap perdagangan dengan China, dengan menggenjot ekspansi pasar ke kawasan Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat (AS).

Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan dan Hubungan Internasional Kadin Indonesia, Pahala Nugraha Mansury, mengungkapkan dominasi perdagangan RI dengan China saat ini masih terlalu besar dibandingkan dengan negara-negara di Eropa maupun Amerika.

"Memang salah satu tantangan kita untuk meningkatkan angka net export adalah ketergantungan kepada China, di mana angka ekspor dan total perdagangan kita dengan China jauh lebih tinggi dibandingkan dua kawasan tersebut," kata Pahala dalam acara Sosialisasi dan Persiapan Perjanjian Politik IEU-CEPA serta Kerangka Perdagangan Indonesia-AS yang digelar Kadin Indonesia, Senin 4 Agustus 2025.

Menurut Pahala, untuk mengatasi ketimpangan itu, Indonesia tengah membuka akses pasar yang lebih luas ke Uni Eropa dan AS. 

Ia menilai kedua kawasan tersebut memiliki potensi ekonomi yang sangat besar dan harus dimanfaatkan secara optimal oleh pelaku usaha Indonesia.

"UE memiliki total populasi lebih dari 700 juta jiwa, sementara Amerika Serikat masih menjadi negara dengan ekonomi terbesar di dunia saat ini. Bagaimana kita bisa terus meningkatkan akses perdagangan kedua kawasan tersebut adalah sesuatu yang harus terus kita upayakan," tegasnya.

Pahala menambahkan, peningkatan akses pasar ke Eropa dan AS juga menjadi salah satu strategi untuk mendorong peningkatan rasio ekspor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, yang diharapkan dapat mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi nasional.

“Kita ingin untuk bisa meningkatkan angka net export terhadap total PDB kita untuk bisa mendorong angka pertumbuhan ekonomi 8 persen,”pungkasnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS),  Indonesia mengalami defisit perdagangan terbesar pada semester I-2025 dengan China sebesar 10,69 miliar Dolar AS (Rp175 triliun), dengan ekspor tercatat 29,31 miliar Dolar AS dan impor sebesar 40 miliar Dolar AS.

“Indonesia mengalami defisit perdagangan dengan China sebesar 10,69 miliar Dolar AS ,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini dalam konferensi pers di kantor BPS pada Jumat 1 Agustus 2025. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA