"Yang mengkhawatirkan adalah penurunan tingkat kemiskinan di perkotaan, dari dari 6,66 di September tahun lalu menjadi 6,73 persen di Maret tahun ini," katanya dalam sebuah diskusi, seperti dikutip redaksi, Rabu, 30 Juli 2025.
Menurutnya, ada beberapa faktor utama yang mendorong kenaikan angka kemiskinan, terutama di kawasan kota yang sangat sensitif terhadap gejala naik-turunnya harga kebutuhan pokok, transportasi, hingga perumahan.
"Sehingga ini memberikan tekanan yang cukup signifikan terhadap kelompok rentan miskin di wilayah perkotaan, di tengah pendapatan masyarakat di perkotaan relatif stagnan atau bahkan cenderung menurun karena mayoritas kan bekerja di sektor informal," kata dia.
Dampaknya, pola konsumsi masyarakat pun bergeser sehingga kini lebih mengutamakan kebutuhan dasar dibandingkan dengan belanja barang-barang sekunder atau tersier, yang selama ini menjadi andalan pusat perbelanjaan.
"Karena adanya tekanan-tekanan tadi, tekanan terhadap daya beli masyarakat di wilayah perkotaan ya muncul kaya fenomena Rojali atau Rohana," jelasnya.
"Lagi-lagi disebabkan karena mereka lebih memprioritaskan untuk kebutuhan dasar dibandingkan dengan kebutuhan sekunder ataupun kebutuhan tersier," demikian peneliti Indef.
BERITA TERKAIT: