Pakar pasar uang Ibrahim Assuaibi menuturkan penyerangan yang dilakukan Amerika Serikat (AS) ke tiga situs nuklir Iran, menjadi sinyal Selat Hormuz akan ditutup dan kemungkinan besar harga minyak mentah dunia akan kembali lagi mengalami kenaikan.
"Kenapa? Karena kita melihat setelah Amerika masuk dalam kancah pertempuran di Timur Tengah, kemungkinan besar Iran akan melakukan blokade Selat Hormuz," ujar Ibrahim kepada wartawan, Senin, 23 Juni 2025.
"Kita melihat bahwa Selat Hormuz ini adalah selat yang paling vital untuk transportasi minyak. 22 persen transportasi minyak itu melalui Selat Hormuz," sambungnya.
Ia menegaskan dampak langsung yang akan diterima Indonesia dengan naiknya harga minyak mentah dunia yakni naiknya harga-harga bahan pokok. Terlebih Indonesia merupakan negara pengimpor minyak dan gas.
Lanjut Ibrahim, ketika harga minyak mentah meroket, maka akan menjadi pukulan keras bagi APBN.
"Indonesia ini salah satu negara yang melakukan impor minyak mentah itu 1 juta barel per hari, kalau seandainya minyak mentah terus mengalami kenaikan kemudian rupiah mengalami pelemahan kemungkinan besar APBN kita akan membengkak," jelasnya.
Ia meminta pemerintah dapat melakukan inovasi agar tidak tergantung pada impor minyak lantaran memiliki sumber daya alam yang cukup banyak untuk memenuhi pasokan migas dalam negeri.
"Ini adalah saat yang tepat bahwa pemerintah harus segera melakukan diversifikasi menggunakan biofuel kita mempunyai CPO yang cukup banyak. Karena kita nggak tahu sampai kapan perang yang terjadi Timur Tengah ini," tutupnya.
BERITA TERKAIT: