Keberhasilan ini didorong oleh fokus perusahaan pada produk-produk kelas atas, mulai dari smartphone hingga peralatan rumah tangga.
Dikutip dari
Reuters, Rabu 28 Mei 2025, pendapatan Xiaomi untuk periode Januari-Maret 2025 mencapai 111,3 miliar Yuan (sekitar Rp240 triliun), naik 47 persen dibanding tahun lalu. Angka ini juga melebihi perkiraan rata-rata analis sebesar 107,6 miliar Yuan.
Laba bersih yang disesuaikan juga melonjak 65 persen menjadi 10,7 miliar Yuan (sekitar Rp23 triliun), melampaui prediksi analis yang memperkirakan sekitar 8,96 miliar Yuan.
Presiden Xiaomi, Lu Weibing, mengatakan dalam konferensi pers bahwa strategi Xiaomi untuk fokus pada segmen premium terbukti efektif.
Selain smartphone, Xiaomi juga mengembangkan bisnis mobil listrik. Pekan lalu, mereka meluncurkan SUV listrik terbarunya, YU7, yang mulai dijual Juli nanti. Lu menyebut YU7 punya potensi pasar lebih luas dibanding model sebelumnya, SU7.
Meski belum mengumumkan harga resmi, Xiaomi mengatakan YU7 kemungkinan akan lebih mahal sekitar 60.000–70.000 Yuan dibanding Tesla Model Y yang dijual mulai 263.500 Yuan (sekitar Rp565 juta).
Pada kuartal pertama, bisnis mobil listrik Xiaomi mencatat pendapatan 18,1 miliar Yuan dari penjualan 75.869 unit sedan SU7. Namun, unit ini masih mengalami kerugian bersih sebesar 0,5 miliar Yuan.
Penjualan SU7 sempat menurun setelah kecelakaan fatal di jalan raya pada akhir Maret yang melibatkan mobil ini dalam mode bantuan mengemudi. Xiaomi juga menghadapi kritik karena iklan yang dianggap menyesatkan, dan telah meminta maaf atas ketidakjelasan informasi tersebut.
Meskipun sempat terguncang, saham Xiaomi kembali menguat sejak April. Nilai pasar perusahaan kini mencapai sekitar 170 miliar Dolar AS, melampaui BYD, produsen mobil listrik terbesar di China, yang berada di angka 161 miliar Dolar AS.
BERITA TERKAIT: