Emas sebagai aset berdenominasi greenback, biasanya paling dicari selama periode ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.
Percakapan telepon akhir pekan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen memberi "dorongan baru" untuk pembicaraan perdagangan, setelah Trump menunda penerapan tarif 50 persen untuk barang-barang Eropa.
Presiden Federal Reserve Bank of Minneapolis, Neel Kashkari, menyerukan agar suku bunga tetap stabil hingga ada kejelasan lebih lanjut tentang bagaimana tarif yang lebih tinggi memengaruhi inflasi.
Analis mengatakan, ada banyak volatilitas dalam harga emas karena perubahan pada kesepakatan tarif.
"Saat ini, pasar mungkin mendapat kesan bahwa ada kesepakatan yang harus dicapai dan itu menekan emas," kata Bart Melek, Head of Commodity Strategies TD Securities dikutip dari Reuters, Rabu 28 Mei 2025.
"Pandangan bullish jangka panjang kami terhadap emas tidak berubah. Begitu pasar yakin bahwa Fed akan memangkas (suku bunga), emas akan mulai berkinerja baik," tambahnya,
Emas batangan dengan imbal hasil nol cenderung berkinerja baik dalam lingkungan suku bunga rendah.
Penurunan harga emas untuk sesi kedua berturut-turut ini juga diikuti oleh menyusutnya harga logam lain.
Berikut pergerakan harga logam dunia pada penutupan perdagangan Selasa 27 Mei 2025 atau Rabu dini hari WIB.
- Emas spot turun 1,2 persen jadi .302,10 Dolar AS per ons
- Emas berjangka AS ditutup melemah 1,9 persen jadi 3.300,40 Dolar AS
- Perak spot turun 0,4 persen jadi 33,21 Dolar AS per ons
- Platinum berkurang 0,1 persen menjadi 1.084,02 Dolar AS
- Paladium turun 1,2 persen menjadi 975,49 Dolar AS.
BERITA TERKAIT: