Dikutip dari
Bloomberg, Kamis 22 Mei 2025, saham Baidu turun lebih dari 4 persen dalam perdagangan di Amerika Serikat.
Padahal, perusahaan melaporkan kenaikan pendapatan sebesar 3 persen pada kuartal pertama tahun ini, menjadi 32,5 miliar Yuan (sekitar 4,5 miliar Dolar AS). Angka ini justru di luar dugaan analis yang sebelumnya memperkirakan pendapatan akan sedikit turun.
Namun, laba operasional yang telah disesuaikan justru turun 20 persen. Sementara itu, laba bersih naik 42 persen, lebih tinggi dari perkiraan, walaupun sebagian kenaikan itu berasal dari keuntungan investasi.
Baidu mendapat dorongan dari meningkatnya kebutuhan komputasi menyusul pesatnya pengembangan AI di Tiongkok, khususnya lewat proyek DeepSeek. Ini membantu menutupi penurunan pendapatan dari sektor iklan.
Kenaikan pendapatan ini memberi ruang bagi Baidu, pengembang model AI Ernie, untuk mulai mencari cara menghasilkan uang dari AI. Namun, peralihan ini bisa berdampak pada bisnis utamanya di bidang pemasaran.
Saat ini, mesin pencari Baidu harus bersaing dengan aplikasi media sosial dan browser berbasis AI untuk menarik perhatian pengguna. Sementara itu, bisnis iklan online tetap tertekan oleh melemahnya daya beli masyarakat dalam negeri dan ketidakpastian akibat kebijakan tarif dari Amerika Serikat.
Sepanjang tahun 2025, saham Baidu naik sekitar 6 persen. Namun, kenaikan ini masih tertinggal dibandingkan perusahaan teknologi besar lainnya seperti Alibaba dan Tencent, yang lebih dulu bangkit berkat DeepSeek.
Seperti banyak perusahaan teknologi lainnya, Baidu kini mengandalkan teknologi AI generatif untuk meningkatkan permintaan layanan cloud mereka. Divisi cloud Baidu mencatat pertumbuhan penjualan dua digit dalam beberapa kuartal terakhir. Perusahaan juga berharap model Ernie bisa bersaing dengan DeepSeek dan menjadi pusat ekosistem aplikasi AI di masa depan.
Pendiri sekaligus CEO Baidu, Robin Li, pada April lalu mengatakan bahwa perusahaannya mampu mengembangkan model AI sekelas DeepSeek namun dengan biaya lebih rendah, berkat pusat komputasi baru yang menggunakan chip buatan sendiri.
Li menyebutkan bahwa Baidu kini fokus mengembangkan model AI multimodal, yaitu teknologi yang mampu menggabungkan data dari berbagai sumber seperti gambar dan video untuk menghasilkan konten, serta asisten virtual.
“Kami tidak harus menjadi yang tercepat di setiap bidang,” kata Li kepada para analis dalam sesi tanya jawab pada hari Rabu.
“Tapi kami memilih untuk fokus pada bidang yang memiliki nilai aplikasi nyata, dan di sanalah kami bisa membangun kemampuan yang benar-benar unggul,” ujarnya.
BERITA TERKAIT: