Kesepakatan ini menjadi terobosan pertama sejak Trump mengumumkan kebijakan baru tersebut.
Dalam pengumuman bersama yang dirilis pada Kamis 8 Mei 2025 waktu setempat, Washington menyetujui pengurangan tarif impor atas mobil asal Inggris serta membuka kembali akses baja dan aluminium Inggris ke pasar AS tanpa bea masuk. Meski demikian, sebagian besar produk Inggris masih akan dikenai tarif sebesar 10 persen.
Langkah ini disebut sebagai angin segar bagi sektor-sektor industri utama Inggris yang selama ini terhimpit kebijakan tarif proteksionis Trump, termasuk manufaktur otomotif dan baja.
Perdana Menteri Inggris Sir Keir Starmer menyebut kesepakatan ini sebagai platform yang akan memperkuat hubungan dagang kedua negara.
"Kesepakatan bersejarah ini menguntungkan bisnis dan pekerja Inggris dengan melindungi ribuan pekerjaan di sektor otomotif dan baja. Tidak ada sekutu yang lebih besar bagi Inggris selain Amerika Serikat," katanya, dikutip dari
BBC pada Jumat 9 Mei 2025.
Sementara dari Gedung Putih, Presiden Trump memuji perjanjian itu sebagai “kesepakatan hebat” dan menyatakan bahwa kesepakatan tersebut akan terus diperluas.
Meski demikian, kesepakatan yang diumumkan ini belum dituangkan dalam bentuk perjanjian resmi. Namun menurut rincian awal, AS akan menurunkan tarif impor mobil dari Inggris yang sebelumnya melonjak ke 25 persen bulan lalu menjadi 10 persen untuk kuota maksimal 100.000 unit per tahun. Kebijakan ini diharapkan menguntungkan produsen mobil mewah seperti Jaguar Land Rover dan Rolls Royce.
Selain itu, tarif baja dan aluminium yang sempat dinaikkan Trump menjadi 25 persen akan kembali dilonggarkan dengan pengaturan kuota seperti sebelumnya.
"Kedua negara juga sepakat untuk mengizinkan impor hingga 13.000 metrik ton daging sapi dari negara lain tanpa tarif," tulis dokumen yang dirilis Perwakilan Dagang AS.
AS mengatakan perubahan itu akan secara signifikan memperluas penjualan daging sapinya ke Inggris, yang sebelumnya menghadapi bea masuk 20 persen dan dibatasi pada 1.000 metrik ton.
Menurut pernyataan dari Kantor Perwakilan Dagang AS, nilai peluang ekspor yang diciptakan dari kesepakatan ini diperkirakan mencapai 5 miliar dolar AS (sekitar Rp82 triliun), termasuk ekspansi untuk etanol dan produk pertanian lainnya.
Kesepakatan ini disambut baik oleh sektor industri Inggris. Direktur Jenderal UK Steel Gareth Stace menyebut perjanjian itu sebagai “kelegaan besar” bagi industri baja, sembari memuji pendekatan pemerintah Inggris dalam perundingan.
Namun, tidak semua pihak bersikap antusias. Kritik datang dari pemimpin Partai Konservatif, Kemi Badenoch, yang menilai kesepakatan itu berat sebelah.
"Ini bukan kesepakatan bersejarah. Inggris menurunkan tarif, sementara AS menaikkan tarif. Kita telah ditipu,” tegasnya.
Partai Demokrat Liberal bahkan menuntut agar kesepakatan ini diajukan ke parlemen untuk mendapatkan pengawasan yang memadai.
“Membiarkan kesepakatan ini berjalan tanpa pemungutan suara adalah bentuk ketidakadilan terhadap publik,” kata pemimpinnya, Sir Ed Davey.
Sementara itu, pemimpin Reform UK Nigel Farage menganggap kesepakatan ini sebagai langkah awal yang positif. Ia menyebutnya sebagai “manfaat nyata dari Brexit” karena Inggris kini dapat membuat kesepakatan dagang sendiri dengan AS.
BERITA TERKAIT: