Laporan dari sesi perdagangan di bursa Wall Street memperlihatkan kinerja indeks yang memang masih kompak menjejak zona positif akibat sikap keras Trump yang dipaksa melunak terhadap China.
Namun pada sesi perdagangan after hours, kinerja indeks terpantau mixed dan berada di rentang sempit yang mencerminkan mulai habisnya tenaga optimisme di kalangan investor. Laporan lebih rinci dari pemerintahan Presiden Donald Trump menyebut, Menteri Keuangan Scott Bessent yang mengklaim akan segera meraih kesepakatan dagang besar dengan China.
Sementara pernyataan terkini Trump menyebut, dirinya yang tidak bermusuhan dengan Presiden China Xi Jinping dan tarif masuk atas produk China akan segera turun secara substantial. Rangkaian situasi terkini dari Gedung Putih tersebut akhirnya mampu mempertahankan Indeks Wall Street di zona pendakian tajam hingga sesi perdagangan ditutup.
Sekalipun demikian, optimisme yang bertahan di Wall Street terlihat gagal menjalar dengan sempurna di sesi perdagangan saham di Asia pada hari keempat pekan ini, Kamis 24 April 2025. Pelaku pasar di Asia melihat sentimen terkini dari redanya tensi dagang AS-China telah diantisipasi pada sesi perdagangan sebelumnya.
Sementara minimnya sentimen regional yang tersedia memaksa investor kesulitan untuk beralih pesimis. Kinerja Indeks di zona positif namun dalam rentang moderat akhirnya menjadi pilihan. Hingga sesi perdagangan sore berakhir, Indeks Nikkei (Jepang) menguat 0,49 persen di 35.039,15, sementara Indeks ASX 200 (Australia) terangkat 0,6 persen di 7.968,2 dan indeks KOSPI (Korea Selatan) tergelincir turun tipis 0,13 persen di 2.522,33.
Laporan dari jalannya sesi perdagangan menunjukkan, pelaku pasar yang sempat terarah perhatiannya pada terjadinya kontraksi perekonomian Korea Selatan di kuartal pertama 2025. Namun sentimen dari negeri drakor kali ini gagal memberikan warna dominan.
Kinerja Indeks yang jauh dari meyakinkan di Asia kemudian membuat pelaku pasar di Jakarta mulai menahan diri dari aksi akumulasi agresif lanjutan. Tinjauan RMOL memperlihatkan, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang dengan kukuh menjejak zona penguatan dalam membuka sesi pagi dan semakin mendaki secara signifikan secara cepat. Namun kurang dari satu jam kemudian, IHSG mulai mengikis penguatan hingga sesi pagi ditutup.
IHSG kemudian melanjutkan sesi sore dengan gerak di rentang sempit secara konsisten. Tinjauan RMOL memperlihatkan, setengah jam usai pembukaan sesi sore IHSG beralih ke zona pelemahan terbatas. Selanjutnya IHSG masih bertahan di rentang moderat untuk akhirnya memungkasi sesi dengan turun moderat 0,31 persen di 6.613,47. IHSG terpantau sempat mencoba menembus level psikologis nya di kisaran 6.700 dengan meninju posisi 6.697,9.
Gerak IHSG di rentang terbatas juga tercermin dalam kinerja saham-saham unggulan yang bervariasi. Sejumlah saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan cenderung mengalami tekanan jual hingga ditutup turun, seperti BBRI, BMRI, BBCA, ASII, HRUM, ITMG, INDF dan SMGR. Sedang sejumlah saham unggulan lain mampu menutup sesi dengan positif seperti: BBNI, ADRO, PGAS, UNVR, JPFA, BBTN, CPIN, ISAT dan ICBP.
Porsi perhatian pelaku pasar terlihat masih terfokus pada sentimen eksternal menyangkut tensi dagang AS-China yang mencoba diredakan oleh Washington. Sementara sejumlah sentimen domestik yang tersedia terkesan tenggelam. Laporan sebelumnya menyebutkan, pihak Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga di kisaran 5,75 persen. Sementara pada sisi lainnya, pertumbuhan kredit untuk periode Maret dilaporkan melambat di kisaran 9,16 persen.
Sentimen minor lain datang dari pentas perpolitikan nasional, di mana Presiden Prabowo Subianto menunjuk mantan presiden Jokowi sebagai utusan khusus dalam menghadiri pemakaman Paus Fransiskus. Langkah penunjukan tersebut dinilai menepis kecurigaan terjadinya Matahari Kembar.
Namun secara keseluruhan, seluruh rangkaian sentimen domestik yang tersedia dengan mudah tenggelam oleh sentimen eksternal dari perkembangan terkini tensi dagang AS-China.
Dolar Makin Kukuh di Atas Rp16.800
Situasi berseberangan kembali terjadi pada kinerja nilai tukar Rupiah di pasar uang. Sentimen eksternal dari berlanjut nya kemerosotan mata uang utama dunia menjadi penghalang bagi Rupiah untuk mencoba berbalik menguat. Usai beberapa hari sesi perdagangan sebelumnya mengalami tekanan jual, Rupiah kembali terdampar di zona merah.
Sentimen dari upaya meredakan tensi dagang AS-China kembali menjadi motor pelaku pasar untuk berbalik mengangkat posisi Indeks Dolar AS. Terangkat nya Indeks Dolar AS tersebut dengan sendiri nya menurunkan nilai tukar mata uang utama dunia hingga pada akhirnya menghadirkan tekanan jual lanjutan bagi mata uang Asia.
Meski tekanan jual yang mendera kembali cenderung berada di rentang sempit, Rupiah terkesan masih kesulitan untuk menyeberang ke zona penguatan. Hingga sesi perdagangan sore ini berlangsung, Rupiah masih bertengger di kisaran Rp16.865 per Dolar AS atau melemah tipis 0,04 persen. Tinjauan RMOL menunjukkan, nilai tukar Dolar AS di NDF market yang bahkan telah konsisten berada di atas level Rp16.800 sejak sesi perdagangan pasca libur lebaran hingga hari ini.
Sementara laporan dari pasar Asia menunjukkan, kinerja bervariasi dan dalam rentang terbatas secara konsisten. Dolar Singapura bersama Ringgit Malaysia dan Baht Thailand berhasil menjejak zona penguatan, sementara selebihnya mata uang Asia kembali tersaruk di zona pelemahan tipis. Ringgit Malaysia tercatat mencoba mencetak penguatan tertajam dengan sempat melonjak hingga kisaran 0,39 persen.
BERITA TERKAIT: