Dikutip dari
Oil Prices, harga minyak mentah Brent turun sebesar 1,14 Dolar AS atau sekitar 1,69 persen menjadi 66,30 Dolar AS per barel. Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) turun 1,17 Dolar AS atau 1,84 persen menjadi 62,50 Dolar AS per barel.
Penurunan ini dipicu oleh laporan bahwa organisasi negara-negara pengekspor minyak dan sekutunya, OPEC+, kemungkinan akan mempercepat peningkatan produksi minyak sebesar 411.000 barel per hari pada bulan Juni, setelah sebelumnya menaikkan produksi di bulan Mei.
Sikap Kazakhstan yang menolak kuota produksi dari OPEC+ juga memperburuk sentimen pasar.
Menteri Energi Kazakhstan mengatakan kepada Reuters bahwa negaranya tidak bisa membatasi produksi dari perusahaan minyak swasta di wilayah mereka dan tidak akan menutup ladang minyaknya sendiri karena hal itu bisa berdampak buruk pada produksi di masa depan.
"Pernyataan Kazakhstan memperkuat dugaan kami bahwa OPEC+ mungkin akan mempercepat pelonggaran kuota produksi selama tiga bulan ke depan, mulai dari pertemuan bulan Mei, dan bisa terus berlanjut hingga Juli dan musim panas," kata Amrita Sen, salah satu pendiri perusahaan analis energi Energy Aspects.
Dari sisi lain, data terbaru menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS naik sebesar 244.000 barel, jauh dari ekspektasi pasar yang memperkirakan penurunan sebesar 770.000 barel. Kenaikan ini turut menekan harga, meski meningkatnya produksi bahan bakar lain sedikit mengurangi dampaknya.
Namun, potensi kebijakan pemotongan tarif impor AS terhadap China sebesar 50 hingga 65 persen memberi harapan bahwa permintaan minyak bisa meningkat.
Sanksi AS terhadap minyak Iran serta sikap Presiden AS Donald Trump yang mulai melunak terhadap The Fed, juga menjadi faktor yang membantu meredam penurunan harga.
BERITA TERKAIT: