Dalam keterbukaan informasi yang dikutip Senin 21 April 2025, disebutkan bahwa perseroan mencetak laba bersih Rp23,64 triliun, padahal di 2023, perseroan berhasil mencetak laba bersih sebesar Rp24,56 triliun.
Melemahnya laba bersih Emiten telekomunikasi BUMN ini dipicu oleh pertumbuhan pendapatan yang nyaris stagnan.
Perseroan membukukan pendapatan Rp149,97 triliun atau meningkat 0,5 persen dibandingkan periode yang sama di 2023 senilai Rp149,22 triliun.
Kenaikan tipis itu terbebani dengan meningkatnya sejumlah pos, seperti beban operasi yang naik 3,74 persen secara tahunan menjadi Rp41,2 triliun serta adanya kenaikan beban karyawan sebesar 5,52 persen (yoy) menjadi Rp16,81 triliun,
Beban interkoneksi juga melonjak 8,18 persen (yoy) menjadi Rp6,88 triliun dan beban pemasaran membengkak 8,21 persen (yoy) menjadi Rp3,82 triliun.
Kinerja keuangan TLKM juga semakin tertekan oleh lonjakan biaya pendanaan di Tahun Buku 2024 yang sebesar 12,04 persen (yoy) menjadi Rp5,21 triliun, sehingga laba sebelum pajak penghasilan pada periode Januari - Desember 2024 menjadi Rp39,15 triliun atau menurun 4,02 persen (yoy).
Dengan adanya beban pajak penghasilan di Tahun Buku 2024 sebesar Rp8,41 triliun, maka laba tahun berjalan yang dicatatkan TLKM menjadi Rp30,74 triliun atau merosot 4,56 persen (yoy).
Sampai dengan 31 Desember 2024, total ekuitas TLKM tercatat Rp162,49 triliun atau mengalami kenaikan 3,79 persen (yoy), terutama terkatrol kenaikan saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya sebesar 6,3 persen (yoy) menjadi Rp109,6 triliun.
Hingga akhir 2024, jumlah liabilitas tercatat Rp137,18 triliun atau membengkak 5,13 persen (yoy), yang didominasi kewajiban jangka pendek sebesar Rp76,76 triliun.
Dengan demikian, total aset TLKM per 31 Desember 2024 menjadi Rp299,67 triliun atau meningkat 4,4 persen.
BERITA TERKAIT: