Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya aksi jual aset AS yang dilakukan investor sebagai respons atas kebijakan tarif Presiden Donald Trump.
Seperti dikutip dari
Euronews, Jumat 11 April 2025, Euro diperdagangkan di kisaran 1,1387 per Dolar AS, naik dari posisi sebelumnya sekitar 1,09.
Penguatan ini tak hanya terjadi pada Euro, tetapi juga pada mata uang utama lainnya dari negara-negara G10, termasuk Franc Swiss dan Yen Jepang yang dikenal sebagai mata uang
safe haven.
Situasi pasar yang bergejolak ini terjadi setelah Presiden Trump secara terbuka mengakui bahwa kebijakan tarif yang ia terapkan telah menciptakan masa transisi yang tidak mudah bagi ekonomi AS. Namun, ia tetap optimis terhadap dampak jangka panjang dari kebijakan tersebut.
“Akan ada biaya transisi dan tantangan, tetapi pada akhirnya ini akan menjadi sesuatu yang indah. Kami dalam kondisi yang sangat baik,” ujar Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih, Kamis 10 April 2025.
Namun, pasar keuangan menunjukkan reaksi yang berbeda. Dolar AS terpantau terus melemah, bursa saham Wall Street kembali berada di bawah tekanan, dan imbal hasil obligasi pemerintah AS ikut turun.
Investor tampaknya mulai meninggalkan aset-aset AS karena meningkatnya ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan tarif tersebut.
BERITA TERKAIT: