Menurut Yanuar, Trump yang baru menjabat 20 Januari 2025, tidak bisa dijadikan kambing hitam atas situasi ekonomi nasional yang sudah memburuk.
"Kalau pun iya gara-gara Trump, terus mau ngapain? Padahal Trump baru menjabat. Yang menarik kan gini, apa benar kita memahami Trump, gitu loh. Jangan-jangan kita ini biar gampang saja ngomong (menyalahkan) Trump," ujar Yanuar, dikutip
RMOL dalam YouTube Forum Keadilan TV pada Jumat 21 Maret 2025.
Ia menjelaskan bahwa anjloknya ekonomi Indonesia lebih disebabkan oleh faktor domestik, termasuk konsumsi yang melambat, penurunan penerimaan pajak, dan meningkatnya defisit fiskal yang berujung pada turunnya peringkat surat utang negara dan membuat investor enggan membeli surat utang.
“PPN turun itu cerminan konsumsi. Clear banget kalau PPN turun berarti masyarakat juga sudah tidak konsumsi. Kemudian PPH badannya juga turun artinya sinyal PHK kan memang sudah kejadian. Jadi menurutku on curve sekarang itu kita sudah berada dalam posisi itu jangan lagi terus kita ngomong ini gara-gara Trump,” tegasnya.
Yanuar juga menyoroti kebijakan Trump yang lebih didasarkan pada strategi negosiasi dan permainan isu di pasar keuangan, bukan keputusan yang langsung berdampak pada ekonomi Indonesia dalam waktu singkat.
"DNA-nya Trump itu pemain equity, pemain saham. Dia main isu, mancing lawan bergerak, baru nanti pada akhirnya melihat gerakan lawan, memahami gerakan lawan. Nah, baru nge-deal di situ, kan gitu, kira-kira (seperti dengan Kanada)," jelasnya.
Dengan kondisi saat ini, Yanuar menekankan bahwa pemerintah seharusnya fokus pada mitigasi risiko ekonomi secara internal, bukan terus-menerus mencari alasan dari faktor luar.
“Jadi sebenarnya kalau kita sekarang ngomong seperti ini yang harus kita lakukan itu kan mitigasi risiko di depan kurva,” pungkasnya.
BERITA TERKAIT: