Macron, yang sebelumnya mengumumkan investasi sebesar 109 miliar Euro (sekitar Rp1.830 triliun) dalam bidang AI menyoroti pentingnya Eropa untuk menyesuaikan diri dengan negara-negara lain dalam pengembangan AI.
"Kami akan menyederhanakannya," kata Macron, seperti dikutip dari
Reuters.
"Sangat jelas bahwa kami harus melakukan sinkronisasi ulang dengan negara-negara lain di dunia," ujarnya.
Ia mengusulkan pendekatan yang lebih fleksibel terhadap regulasi, terinspirasi dari proses rekonstruksi cepat Katedral Notre-Dame setelah kebakaran, dengan menyederhanakan prosedur untuk pusat data dan otorisasi pasar AI.
"Pendekatan Notre-Dame akan diadopsi untuk pusat data, untuk otorisasi masuk pasar, untuk AI dan daya tarik," ujarnya.
CEO Alphabet, Sundar Pichai, yang turut hadir dalam pertemuan tersebut, mendukung seruan untuk ekosistem inovasi dan adopsi AI yang lebih kuat di Eropa. Ia menekankan pentingnya menciptakan lebih banyak pusat inovasi serupa di berbagai lokasi.
“Produktivitas Eropa bergantung pada penggunaan teknologi baru ini,” kata Pichai.
Virkkunen, seorang Komisaris Eropa, mengatakan dia telah menerima pesan tersebut.
"Saya setuju dengan pihak industri bahwa saat ini, kita juga harus meninjau kembali peraturan kita, bahwa kita memiliki terlalu banyak regulasi yang tumpang tindih," ujarnya.
"Kami akan memangkas birokrasi dan beban administratif dari industri kami," tambah Virkkunen.
BERITA TERKAIT: