Dikutip dari
Reuters, harga minyak mentah Brent ditutup pada 74,66 Dolar AS per barel, pada perdagangan Jumat, 7 Februari 2025, atau Sabtu pagi WIB.
Angka itu naik 37 sen atau 0,5 persen meskipun diperkirakan akan turun lebih dari 2 persen sepanjang minggu ini. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup pada 71,00 Dolar AS per barel, naik 39 sen atau 0,55 persen.
Sanksi terbaru dari Departemen Keuangan AS menargetkan individu dan kapal tanker yang terlibat dalam pengiriman jutaan barel minyak mentah Iran ke China. Langkah ini merupakan bagian dari upaya AS untuk meningkatkan tekanan pada Teheran dan mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir.
Namun, laporan mengenai tarif yang direncanakan oleh pemerintahan Trump membatasi kenaikan harga minyak.
John Kilduff, mitra di Again Capital LLC, menyatakan bahwa pasar sedang mencoba memahami dampak dari sanksi dan potensi tarif tersebut.
"Kami hanya berusaha mengatasi sanksi/non-sanksi, pembicaraan tarif dari Gedung Putih," ujarnya.
Para pedagang juga memantau pernyataan Presiden Trump untuk mengetahui kemungkinan perubahan kebijakan AS yang dapat mempengaruhi pasar dengan cepat.
Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group, mengatakan bahwa Trump memiliki peran signifikan dalam pergerakan pasar minyak.
"Trump memberi dan Trump mengambil," kata Flynn.
Michael Haigh, kepala riset komoditas global di Societe Generale, menambahkan bahwa penerapan tarif dan jeda seharusnya menguntungkan pasar minyak karena menambah ketidakpastian.
Namun, katanya, kekhawatiran terhadap permintaan tetap ada, karena tarif dan respons balasan dari negara-negara dapat merugikan pertumbuhan ekonomi global dan permintaan minyak.
Sebelumnya, Trump telah mengumumkan tarif 10 persen pada impor dari China sebagai bagian dari rencana untuk meningkatkan neraca perdagangan AS, tetapi menangguhkan rencana untuk mengenakan tarif lebih tinggi pada Meksiko dan Kanada.
BERITA TERKAIT: