Menurut Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, penurunan tersebut dipicu oleh arah kebijakan ekonomi Amerika Serikat (AS) ke depan, di bawah pemerintahan Presiden terpilih Donald Trump.
“Pelemahan nilai tukar Rupiah tersebut dipengaruhi oleh makin tingginya ketidakpastian global terutama terkait dengan arah kebijakan AS, ruang penurunan suku bunga The Fed yang lebih rendah, penguatan mata uang Dolar AS secara luas, dan risiko geopolitik,” kata Perry dalam konferensi pers pada Rabu 18 Desember 2024.
Menguatnya mata uang Dolar ini, kata Perey telah membuat preferensi investor global berubah, dengan kembali memindahkan alokasi portofolionya ke AS.
“Ini meningkatkan tekanan pelemahan berbagai mata uang dunia dan menahan aliran masuk modal asing ke negara berkembang,” jelas Perry.
Adapun nilai tukar Rupiah pada pekan ini terus tertekan dengan kembali bergerak ke posisi Rp16 ribu per Dolar AS.
Meski demikian, Perry menekankan bahwa kondisi Rupiah masih lebih baik jika dibandingkan dengan beberapa mata uang lainnya di Asia.
“Secara umum pelemahan nilai tukar Rupiah tetap terkendali, bila dibandingkan dengan level akhir Desember 2023 tercatat depresiasi sebesar 4,16 persen lebih kecil dibandingkan dengan pelemahan dolar Taiwan (5,58 persen), Peso Filipina (5,94 persen), dan Won Korea (10,47 persen),” tuturnya.
Ke depan, Perry menegaskan nilai tukar Rupiah diperkirakan stabil yang didukung komitmen Bank Indonesia menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, imbal hasil menarik, inflasi yang rendah, hingga prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik.
BERITA TERKAIT: