Dikutip dari
Reuters, harga minyak mentah Brent ditutup 1 sen lebih rendah di 71,83 Dolar AS per barel pada perdagangan Senin 2 Desember 2024 atau Selasa WIB.
Minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 10 sen atau 0,15 persen, menjadi 68,10 Dolar AS per barel.
Stabilnya harga minyak datang di tengah permintaan yang lebih kuat berkat aktivitas pabrik yang lebih tinggi di Tiongkok yang sebagian besar diimbangi oleh kekhawatiran bahwa Federal Reserve AS tidak akan memangkas suku bunga lagi pada pertemuan bulan Desember.
Sementara itu, gencatan senjata antara Israel dan Lebanon, yang mulai berlaku Rabu lalu, tampak semakin rapuh.
Militer Israel mengatakan pada hari Senin bahwa mereka saat ini sedang menyerang target "teroris" di Lebanon di tengah tuduhan bersama tentang pelanggaran gencatan senjata antara Israel dan kelompok bersenjata Lebanon, Hizbullah.
Pentagon mengatakan bahwa meskipun terjadi beberapa insiden, gencatan senjata antara Israel dan kelompok bersenjata Lebanon, Hizbullah, tetap berlaku.
"Risiko geopolitik masih terus meningkat. Meskipun gencatan senjata sedang berlangsung di Israel, tampaknya jelas bahwa ada beberapa kesalahpahaman tentang keabsahan gencatan senjata," kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial.
Para pedagang juga mengamati perkembangan di Suriah, mempertimbangkan apakah eskalasi baru-baru ini dapat memperluas ketegangan di Timur Tengah dan memengaruhi pasokan.
Kedua patokan minyak mentah turun lebih dari 3 persen minggu lalu, tertekan oleh meredanya kekhawatiran pasokan akibat konflik Israel-Hizbullah dan perkiraan surplus 2025, meskipun ada perkiraan pemotongan produksi yang berkelanjutan.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, menunda pertemuan kelompok berikutnya hingga 5 Desember.
Pertemuan tersebut akan membahas penundaan rencana peningkatan produksi minyak yang dijadwalkan dimulai pada Januari, sumber OPEC+ mengatakan kepada Reuters minggu lalu.
"Perhatian akan tertuju pada potensi penundaan kenaikan produksi yang direncanakan, karena penundaan yang tidak terbatas dapat meringankan tekanan ke bawah pada harga," kata George Pavel, manajer umum di Naga.com Timur Tengah.
Pertemuan minggu ini akan memutuskan kebijakan untuk bulan-bulan awal tahun 2025.
"Manajer keuangan masih bimbang, pasar mencari kejelasan antara implikasi pemerintahan Trump yang akan datang dan kebijakan pasokan OPEC+," kata Harry Tchilinguirian di Onyx Capital Group.
BERITA TERKAIT: