BP Danantara sejatinya akan diluncurkan pada Kamis, 7 November 2024 namun tertunda lantaran ada lawatan Presiden Prabowo ke sejumlah negara hingga 23 November 2024 mendatang.
Cikal bakal superholding BUMN ini menjadi sorotan karena didesain sebagai lokomotif beraset jumbo untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Nantinya, Danantara akan mengelola aset awal sekitar 10,8 miliar Dolar AS bersumber dari aset
sovereign wealth fund (SWF) atau lembaga pengelola investasi (LPI) Indonesia, Indonesia Investment Authority (INA).
Aset tujuh BUMN besar pun dikabarkan akan ikut dikelola oleh badan yang dipimpin oleh Muliaman Hadad itu. Mulai dari PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
Kemudian PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), MIND ID.
Untuk aset yang akan dikelola Danantara juga cukup fantastis. BMRI tercatat memiliki aset Rp2,174 triliun, BBRI senilai Rp1,965 triliun, BBNI Rp1,087 triliun, Pertamina Rp1,412 triliun, PLN Rp1,671 triliun, Telkom Rp318 triliun, dan MIND ID Rp259 triliun.
Jika ditotal dari gabungan aset INA dan tujuh BUMN tersebut, maka Danantara akan mengelola aset hingga 600 miliar Dolar AS. Angka ini jauh melampaui nilai aset Temasek Holdings, superholding milik Singapura yang mencatatkan nilai aset 280 miliar Dolar AS di tahun 2023.
BERITA TERKAIT: