Harga tembaga untuk kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) melambung 3,5 persen menjadi 9.670 Dolar AS per metrik ton pada pukul pada Kamis malam waktu setempat.
Sebelumnya, Harga jatuh hingga 4,5 persen sehari sebelumnya, ke level terendah sejak 18 September.
Head of Commodity Strategy Saxo Bank di Copenhagen, Ole Hansen, mengatakan pasar kini mengadopsi pendekatan yang lebih optimistis dibandingkan kepanikan awal (setelah kemenangan Donald Trump.
Namun, kekhawatiran investor terkait ancaman Trump untuk mengenakan tarif pada konsumen logam utama, China, masih tinggi. Trump membutuhkan waktu sekitar 11 bulan untuk mengambil tindakan tarif selama masa jabatan pertamanya sebagai Presiden.
"Pasar logam industri sekarang menanti Jumat dan apa yang dapat terjadi dari China dalam bentuk pengumuman stimulus tambahan," kata Hansen, dikutip dari Reuters, Jumat 8 November 2024.
Pasar juga mendapatkan dorongan dari data Kamis pagi yang menunjukkan ekspor China tumbuh pada laju tercepat dalam lebih dari dua tahun sepanjang Oktober, sementara impor tembaga mentah negara itu meningkat.
Harga juga didukung oleh Indeks Dolar (Indeks DXY) yang lebih lemah dan keputusan Federal Reserve untuk memangkas suku bunga lebih lanjut.
Meski terjadi rebound, investor tetap khawatir bahwa Trump dapat membatalkan inisiatif elektrifikasi, yang akan mengurangi permintaan logam seperti tembaga.
Aluminium melejit 3,3 persen ke posisi 2.701 Dolar AS per ton dan menyentuh level terkuat dalam lebih dari lima bulan setelah Alcoa menghentikan pengiriman bahan baku bauksit dari Brasil.
Logam dasar lainnya di kompleks LME, nikel melonjak 3 persen menjadi 16.605, Dolar AS. Seng (zinc) melesat 2,8 persen menjadi 3.055,50 Dolar AS. Sementara timah menguat 1,8 persen ke level 31.900 Dolar AS.
BERITA TERKAIT: