Serangkaian laporan sebelumnya menyebutkan, Trump yang dengan tegas menjanjikan langkah penaikkan tarif masuk yang sangat besar bila mendukung Heading Putih untuk kedua kalinya. Lebih rinci disebutkan, Trump akan menaikkan tarif masuk hingga lebih dari 200 persen pada produk otomotif dari Jepang, China maupun Korea Selatan dan Jerman.
Empat negara raksasa otomotif Dunia itu dalam beberapa tahun terakhir telah menjadikan Mexico sebagai pusat manufaktur otomotif nya untuk memasok pasar AS. Rencana penaikkan tarif masuk yang sangat besar oleh Trump kini membuat cemas pabrikan otomotif asal empat negara tersebut.
Saham-saham otomotif akhirnya berguguran menyambut kemenangan Trump itu. Laporan lebih jauh menunjukkan, saham BMW dan Mercedes Benz anjlok masing-masing sekitar 6,5 persen, disusul saham Porsche dan Volkswagen yang tersungkur masing-masing 4,9 persen dan 4,3 persen. Sedangkan saham pabrikan otomotif China seperti Li Auto, Nio dan BYD runtuh masing-masing 3,2 persen, 5,3 persen dan 4,5 persen. Dan saham pabrikan Honda terkapar 8 persen.
Gerak runtuh saham saham otomotif tersebut terlihat kontras dengan kinerja bursa Wall Street yang telah berpesta besar dengan melambung fantastis menyambut berkuasanya Trump di Gedung Putih. Seluruh Indeks tercatat menanjak fantastis hingga mencetak rekor tertingginya sepanjang sejarah, Indeks DJIA meroket curam 3,57 persen dengan menjejak posisi 43.729,93. Lonjakan tajam juga dialami Indeks S&P500 yang melambung 2,53 persen di 5.929,04. Dan Indeks Nasdaq melompat ganas 2,95 persen di 18.983,47.
Pesta besar Wall Street kemudian beralih kontras di sesi perdagangan Asia pagi ini, Kamis 7 November 2024. Pantauan hingga sesi perdagangan siang ini menunjukkan, Indeks Nikkei (Jepang) yang longsor 0,44 persen di 39.306,76, sementara indeks KOSPI (Korea Selatan) naik tipis 0,31 persen di 2.571,45 dan indeks ASX200 (Australia) terkikis 0,02 persen di 8.198,0.
Pelaku pasar di Asia dengan mudah terseret dalam pesimisme dalam mengantisipasi kebijakan ekonomi internasional Trump. Situasi yang sama juga terjadi di bursa saham Indonesia, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang telah mengalami serangkaian gerak merah di beberapa pekan terakhir, kembali kesulitan untuk bangkit.
Keruntuhan saham-saham unggulan kembali sulit dihindarkan untuk menghempaskan IHSG lebih suram. IHSG kemudian menutup sesi pagi ini dengan anjlok 1,26 persen di 7.290,99 untuk sekaligus menembus ke bawah level psikologis nya di 7.300-an. Saham-saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan terpantau kompak menginjak zona merah, seperti: BBRI, BMRI, BBCA, BBNI, PTBA, JPFA, ADRO, INDF dan ICBP.
Rupiah Bungkam Sentimen TrumpSuramnya kinerja bursa saham Indonesia terlihat kontras dengan performa nilai tukar Rupiah di pasar uang. Laporan sebelumnya menunjukkan, kinerja mata uang utama dunia yang kembali berguguran pada sesi perdagangan Rabu malam waktu Indonesia Barat usai dipastikan kemenangan Trump. Pantauan juga memperlihatkan, keruntuhan mata uang utama dunia tersebut yang relatif bertahan hingga siang ini di Asia.
Namun sentimen keruntuhan curam seluruh mata uang utama dunia tersebut gagal berimbas di pasar Asia pagi ini. Pantauan hingga siang ini memperlihatkan, hampir seluruh mata uang Asia yang mampu menjejak zona penguatan meski dalam rentang terbatas.
Terkhusus pada Rupiah, yang dalam beberapa pekan terakhir telah tergelincir di zona pelemahan, pagi ini mampu mencetak gerak penguatan moderat dan konsisten. Rupiah terkesan mampu melawan sentimen buruk dari terpilihnya Trump sebagai Presiden AS. Hingga ulasan ini disunting, Rupiah tercatat bertengger di kisaran Rp15.774 per Dolar AS atau menguat 0,32 persen.
Sementara pantauan dari pasar Asia menyebutkan, mata uang Ringgit Malaysia dan Baht Thailand yang masih bergulat di zona pelemahan terbatas dengan masing-masing melemah 0,18 persen dan 0,16 persen.
BERITA TERKAIT: