Laporan sebelumnya menunjukkan, kinerja bursa Wall Street yang kembali mencetak rekor tertingginya sepanjang sejarah pada indeks DJIA dan S&P500. Di tengah minimnya sentimen yang berkembang, investor terkesan mencoba bertahan optimis dengan melakukan aksi akumulasi secara selektif, gerak naik Indeks Wall Street akhirnya cenderung moderat, namun cukup untuk mencetak rekor barunya.
Indeks DJIA naik 0,47 persen setelah menutup di 43.065,22, indeks S&P500 menanjak 0,77 persen di 5.859,85, dan indeks Nasdaq menguat 0,87 persen di 18.502,69. Sikap optimis yang bertahan di Wall Street kemudian mencoba dilanjutkan di sesi perdagangan Asia pagi Ini. Pantauan RMOL memperlihatkan, hampir seluruh Indeks di Asia yang menjejak zona hijau, kecuali pada bursa saham China dan Hong Kong yang sedang terdera koreksi teknikal.
Hingga ulasan ini disunting, Indeks Nikkei (Jepang) melonjak 1,25 persen di 40.100,34, Indeks KOSPI (Korea Selatan) naik moderat 0,19 persen di 2.628,23, dan indeks ASX200 (Australia) melompat 0,91 persen di 8.327,7. Seragamnya Indeks di Asia dalam mencetak kenaikan dengan mudah membuat IHSG di Jakarta terangkat. Situasi kian optimis usai rilis data neraca dagang yang menunjukkan kinerja surplus $3,26 milyar untuk September lalu.
Rilis data kinerja surplus neraca dagang kali ini sekaligus menjadi warisan dan catatan apik terakhir pemerintahan Jokowi menjelang lengser lima hari ke depan. Kinerja surplus ini mampu menambah daya optimisme pelaku pasar hingga sesi pagi ini ditutup.
Lonjakan IHSG akhirnya semakin tajam usai rilis data tersebut, IHSG kemudian menutup sesi pagi dengan meloncat 0,65 persen di 7.608,46, atau sekaligus menembus level psikologis nya di 7.600. Pantauan lebih jauh menunjukkan, lonjakan tajam IHSG yang tercermin dengan meyakinkan pada kinerja saham unggulan.
Hampir seluruh saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan membukukan lonjakan bervariasi namun cenderung tajam. Saham BMRI, BBNI, ADRO, ICBP, INDF, BBRI, TLKM, UNVR, JPFA, PTBA, dan SMGR berhasil menutup sesi dengan menjejak zona penguatan.
Saham unggulan tercatat hanya menyisakan ISAT, UNTR dan PGAS yang masih bergulat di zona merah.
Rupiah Mencoba BangkitKinerja sedikit berbeda terjadi pada nilai tukar Rupiah, di mana kepungan sentimen pelemahan mata uang utama dunia masih berlanjut. Potensi penguatan Rupiah terlihat terhalang di sepanjang sesi pagi ini. Pantauan RMOL menunjukkan, seluruh mata uang utama dunia yang masih cenderung melanjutkan gerak merah hingga sesi pagi ini.
Situasi ini menghadirkan tekanan jual bagi seluruh mata uang Asia. Namun Rupiah terlihat masih mencoba beralih ke zona penguatan moderat. Hingga ulasan ini disunting, Rupiah terpantau masih bertengger di kisaran Rp 15.571 per Dolar AS atau melemah sangat tipis 0,1 persen, setelah berulangkali menjejak zona penguatan moderat.
Pelaku pasar terlihat masih mencoba mengapresiasi rilis data kinerja surplus neraca dagang, namun terkesan kesulitan untuk sekedar mempertahankan zona hijau dengan stabil. Laporan terkait juga menunjukkan, pelemahan yang seragam menghajar mata uang Asia namun dalam taraf yang cenderung terbatas.
Pelemahan terburuk mata uang Asia terjadi pada Baht Thailand yang terpantau merosot curam hingga 0,97 persen pada pagi ini. Selebihnya mata uang Asia masih bertahan di pelemahan moderat.
BERITA TERKAIT: