Badan Pusat Statistik (BPS) dalam laporannya mencatat bahwa deflasi ini merupakan yang kelima kalinya di 2024, dan lebih dalam dibandingkan Agustus 2024 dengan deflasi mencapai 0,03 persen mtm.
Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2024 menurun dari 106,06 di Agustus 2024.
"Secara historis deflasi September 2024 merupakan deflasi terdalam dibandingkan bulan yang sama dalam 5 tahun terakhir dengan tingkat deflasi sebesar 0,12 persen," kata Amalia dalam konferensi pers, Selasa (1/10).
Menurutnya, faktor utama penyebab deflasi secara beruntun ini karena adanya penurunan harga dari sisi penawaran dan sisi pasokan, terutaa kelimpok makanan, minuman dan tembakau yang deflasi 0,59 persen dengan andil 0,17 persen.
“Andil deflasi utamanya disumbang penurunan harga pangan seperti produk tanaman pangan, hortikultura, terutama yang memberikan andil cabai merah rawit dan tomat Kemudian ada yang turun daun bawang kentang dan wortel,” tuturnya.
Sementara itu, komoditas yang memberikan andil inflasi diantaranya ikan segar dan kopi bubuk dengan andil inflasi masing-masing 0,02 persen, biaya kuliah akademi atau perguruan tinggi kemudian tarif angkutan udara dan sigaret kretek mesin (SKM) yang beri andil inflasi masing-masing 0,01 persen.
Amalia menuturkan, jika diihat dari sebaran inflasi bulanan menurut wilayah, maka sebanyak 24 dari 38 provinsi Indonesia mengalami deflasi sedangkan 14 lainnya mengalami inflasi.
"Deflasi terdalam sebesar 0,92 persen terjadi di Papua Barat sementara inflasi tertinggi terjadi di Maluku Utara sebesar 0,65 persen," ujarnya.
BERITA TERKAIT: