Gerak runtuh curam IHSG kali ini terlihat cukup meyakinkan, di mana hampir seluruh saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan kompak terjungkal dalam penurunan tajam. Saham seperti: BBRI, BMRI, BBCA, ICBP, ADRO, PTBA, UNTR, TLKM, BBNI, ASII serta INDF dan UNVR terjerembab dalam zona merah.
Situasi muram ini sesungguhnya berawal dari keruntuhan tragis saham BREN pada sesi akhir pekan 20 September lalu yang dilatari oleh dikeluarkannya saham tersebut dari daftar indeks FTSE. Keruntuhan saham BREN seakan menjadi pemicu untuk menjalar pada sejumlah saham unggulan lain hingga membuat IHSG kembaliterhempas di sesi hari ini.
Sebagaimana dimuat dalam ulasan sebelumnya, IHSG kini semakin rentan untuk membentuk tren pelemahan bila dalam tiga hari sesi perdagangan ke depan tidak mampu bertahan stabil di kisaran 7.740. dan posisi IHSG kali ini yang telah semakin jauh di bawah titik 7.740 adalah peringatan dini situasi yang lebih muram dalam beberapa pekan ke depan.
Pola suram IHSG kali ini terjadi di tengah bervariasinya gerak Indeks di Asia. Pantauan menunjukkan, Indeks Nikkei (Jepang) yang terhajar koreksi tragis hingga 4,8 persen dengan menutup sesi di 37.919,55. Laporan yang beredar menyebutkan, aksi tekanan jual Indeks Nikkei yang dilatari oleh situasi politik domestik terkini negeri sakura itu. Pemerintahan baru hasil pemilihan umum disebutkan akan sangat permisif pada langkah bank Sentral Jepang, BoJ yang berniat menaikkan suku bunga.
Untuk dicatat, kenaikan suku bunga oleh BoJ akan dengan mudah mengangkat nilai tukar mata uang Yen yang pada tahap selanjutnya memukul kinerja ekspor perusahaan perusahaan di Bursa saham Jepang. Aksi tekanan jual akhirnya menderas tak tertahankan hingga menghajar Indeks Nikkei secara brutal.
Sementara pada bursa saham China dan Hong Kong, gerak Indeks dilaporkan masih kembali melonjak tajam menyusul rilis data indeks PMI yang terkontraksi namun masih lebih baik ketimbang perkiraan pelaku pasar. Indeks Hang Seng (Hong Kong) melonjak 2,43 persen di 21.133,68, dan indeks Shanghai melompat ganas 8,06 persen di 3.336,5. Sentimen positif ini sekaligus memperpanjang sikap optimis pelaku pasar di China yang sebelumnya tersokong oleh langkah dan kebijakan stimulus pemerintahan Xi Jinping yang dirilis pekan lalu.
Laporan positif juga berhasil dicatatkan Indeks ASX200 (Australia) yang menutup sesi dengan naik signifikan 0,7 persen di 8.269,8. Kinerja perekonomian China yang dinilai masih belum terlalu mengkhawatirkan menjadikan Indeks ASX200 mampu bertahan menguat. Sedangkan Indeks KOSPI (Korea Selatan) berbalik melemah 2,13 persen setelah terhenti di 2.593,27.
Secara keseluruhan, gerak Indeks di Asia lebih merespon sentimen domestik, dan situasi merah IHSG menjadi sulit dihindarkan di tengah minimnya sentimen positif domestik. Investor di Jakarta kini akan menggantungkan harapan pada rilis data inflasi bulanan yang diagendakan besok, Selasa 1 Oktober 2024, untuk setidaknya menahan aksi tekanan jual lebih buruk.
Rupiah Sempat Menguat TipisKinerja sedikit menghibur datang dari pasar uang, di mana nilai tukar Rupiah mampu berupaya menjangkau zona penguatan tipis. Pantauan memperlihatkan, Rupiah yang berulangkali menginjak zona penguatan moderat namun kesulitan untuk bertahan. Gerak Rupiah terlihat kurang berseiring dengan situasi di pasar global, di mana mata uang utama dunia mampu membukukan penguatan lanjutan di sesi sore ini.
Pantauan lebih jauh menunjukkan, nilai tukar Euro Poundsterling dan Dolar Australia yang telah menembus level psikologis nya masing-masing di 1,1200, 1,3400, dan 0,6900 hingga ulasan ini disunting. Gerak menguat lebih lanjut mata uang utama tersebut gagal diikuti oleh Rupiah secara meyakinkan.
Hingga sesi perdagangan sore ini berlangsung, Rupiah masib bertengger di kisaran Rp15.135 per Dolar AS atau melemah moderat 0,11 persen. Sementara pantauan dari pasar uang Asia menunjukkan, gerak nilai tukar mata uang Asia yang bervariasi dan dalam rentang terbatas. Peso Filipina, Rupee India, serta Yuan China terlihat masib terseret di zona pelemahan tipis bersama Rupiah. Sedangkan Dolar Hong Kong, Baht Thailand, dan Ringgit Malaysia mampu menjejak zona penguatan moderat.
BERITA TERKAIT: