Angka ini menjadi level tertinggi dalam enam bulan, meski masih di bawah ekspektasi para ekonom yang memperkirakan kenaikan sebesar 0,7 persen.
Seperti dikutip
AFP, Senin (9/9), Beijing terus berupaya meningkatkan aktivitas domestiknya di tengah krisis sektor properti dan gejolak perdagangan internasional yang membebani kepercayaan diri konsumen.
Selain itu, di tengah banyaknya negara Barat yang sedang bergulat dengan ancaman inflasinya, China justru terus menghadapi tekanan deflasi.
Negeri Tirai Bambu tersebut terjerumus ke dalam jurang deflasi sejak akhir 2023 dan mencatat kontraksi harga konsumen paling tajam dalam 14 tahun pada Januari lalu
Biro Statistik Nasional China juga mengumumkan harga di tingkat pabrik turun 1,8 persen tahun ke tahun, memperpanjang periode deflasi yang telah berlangsung sejak akhir 2022.
Tahun ini, Beijing dikabarkan tengah menyasar pertumbuhan ekonomi tahunan sekitar lima persen tahun ini. Target tersebut dianggap ambisius oleh banyak ahli karena krisis sektor properti dan tingginya pengangguran kaum muda terus mempersulit upaya untuk mencapai pemulihan pascapandemi secara penuh.
BERITA TERKAIT: