Berdasarkan data pasar, kontrak berjangka minyak Brent naik 3,21 persen secara harian ke 78,55 Dolar AS per barel.
Sedangkan minyak mentah jenis WTI menguat 3,63 persen ke level 75,42 Dolar AS per barel.
Meski sedikit bangkit, kedua kontrak berjangka ini masih cenderung melemah sejak awal Juli lalu.
"Minyak mentah berusaha untuk konsolidasi setelah jatuh ke titik terendah dalam tujuh bulan, dengan level support pada Brent di sekitar 75 Dolar tetap bertahan di tengah kekhawatiran pasokan dan pemulihan pasar," tulis Saxo Bank dalam laporan mereka, dikutip
MT Newswires, Kamis (8/8).
Kenaikan minyak ini terjadi di tengah ketegangan tinggi di Timur Tengah, dengan Iran diperkirakan akan membalas pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di Tehran pekan lalu kepada Israel.
"Kekhawatiran yang meningkat tentang gangguan pasokan berasal dari ketegangan yang memburuk di Timur Tengah, terutama ancaman Iran terhadap Israel dan AS,” kata Saxo Bank.
Dalam survei mingguan, Administrasi Informasi Energi (EIA) melaporkan persediaan minyak AS turun sebanyak 3,7 juta barel pekan lalu, jauh melebihi perkiraan konsensus Reuters sebesar 0,7 juta barel.
Penurunan ini juga bertentangan dengan laporan survei American Petroleum Institute (API) pada Selasa yang melaporkan persediaan minyak AS naik sebesar 0,18 juta barel pekan lalu.
Adapun permintaan yang lemah importir minyak nomor satu dunia China juga disebut telah menahan harga minyak. Data ekonomi menunjukkan bahwa impor minyak negara Tirai Bambu itu turun 3 persen dibandingkan tingkat Juni 2023, di mana rata-rata hanya 9,97 juta barel per hari.
"Meski penurunan permintaan akibat Covid-19 belum sepenuhnya pulih, impor minyak tahun ini mengecewakan," kata ANZ Bank.
BERITA TERKAIT: