IHSG tercatat menutup sesi perdagangan hari ini, Selasa 16 Juli 2024 dengan merosot curam 0,75 persen di 7.224,29. Merosotnya IHSG memang dimungkinkan secara teknikal, namun yang agak mengejutkan adalah sentimen yang mengiringinya. Laporan menyebutkan sikap investor yang mulai beralih pesimis dengan serangkaian perkembangan terkini di pasar global.
Duet sentimen dari kasus upaya pembunuhan capres AS Donald Trump dan sinyal penurunan suku bunga dari Jerome Powell akhirnya dinilai sebagai pertanda kurang menguntungkan. Terlebih di sesi pembukaan perdagangan di bursa Saham utama Eropa, di mana seluruh indeks tercatat menurun, membuat pelaku pasar di Jakarta beralih melakukan tekanan jual untuk menggerus IHSG.
Laporan lebih jauh juga memperlihatkan, gerak turun IHSG kali ini yang tercermin secara merata pada sejumlah saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan. Saham BBRI ditutup turun 1,86 persen di Rp 4.730, BBNI melemah 0,89 persen di Rp 4.980, serta TLKM yang merosot 1,89 persen di Rp 3.100.
Saham unggulan lain yang menjadi buruan investor selama ini juga mengalami nasib serupa, di mana BBCA turun 0,99 persen di Rp 9.950 dan ASII yang terjungkal 2,01 persen di Rp 4.380. Penurunan saham-saham unggulan secara berjamaah mencerminkan tekanan jual yang mulai muncul di sesi hari ini.
Pantauan menunjukkan, gerak merah IHSG kali ini terjadi di tengah bervariasinya Indeks di Bursa Utama Asia. Indeks Nikkei (Jepang) masih mampu bertahan positif dengan naik 0,2 persen untuk menutup sesi di 41.275,08 dan indeks KOSPI (Korea Selatan) yang naik moderat 0,18 persen dengan berakhir di 2.866,09. Sedangkan indeks ASX 200 (Australia) menutup sesi dengan turun tipis 0,23 persen di 7.999,3.
Tekanan jual pada IHSG sebenarnya belum terlalu meyakinkan, namun sesi pembukaan perdagangan di Eropa yang kompak menjatuhkan indeks, membuat investor di Jakarta terseret dalam pesimisme. Laporan yang beredar menyebutkan, pesimisme di Eropa yang dilatari oleh situasi perkembangan ekonomi-politik di wilayah tersebut yang dinilai kurang bersahabat. Sentimen Ini kemudian dengan mudah berpadu dengan sentimen kasus penembakan capres Donald Trump di AS. Secara bersama-sama, sentimen tersebut membuat sinyal positif penurunan suku bunga oleh Jerome Powell, pimpinan The Fed, menjadi tak Bertaji.
Pola serupa dengan sedikit variasi terjadi di pasar uang. Nilai tukar Rupiah terpantau konsisten menapak zona pelemahan di sepanjang sesi perdagangan hari Ini. Rupiah terpantau sempat menginjak titik terlemahnya di kisaran Rp 16.209 per Dolar AS, namun kemudian mampu berbalik mengikis pelemahan dengan signifikan.
Hingga sesi perdagangan sore ini berlanjut, Rupiah tercatat ditransaksikan di Rp 16.175 per Dolar AS atau melemah 0,07 persen. Kemampuan Rupiah untuk mengikis pelemahan di sesi perdagangan sore mengindikasikan masih bertahannya tren penguatan.
Pada sisi lainnya, gerak melemah Rupiah seiring dengan tren pelemahan yang sedang mendera mata uang Asia. Pantauan menunjukkan, mata uang Dolar Australia bersama Ringgit Malaysia yang terpuruk paling dalam di antara jajaran mata uang Asia. Terkini, nilai tukar Ringgit terhadap Dolar AS berada di kisaran 4,6740 atau melemah 0,09 persen, sementara nilai tukar Dolar Australia terhadap Dolar AS yang disimbolkan AUDUSD menginjak posisi 0,6741 setelah merosot signifikan 0,35 persen.
Pelemahan mata uang Asia lainnya terlihat kasih dalam taraf moderat, sebagaimana terjadi pada Baht Thailand, Dolar Singapura, dan Rupee India. Sedangkan mata uang Peso Filipina justru terlihat masih mencoba bertahan di zona penguatan tipis.
BERITA TERKAIT: