Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Opa Biden Bisa Mundur, Wall Street dan Rupiah Bersiap Menatap Jumat Keramat

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/ade-mulyana-5'>ADE MULYANA</a>
OLEH: ADE MULYANA
  • Jumat, 12 Juli 2024, 07:50 WIB
Opa Biden Bisa Mundur, Wall Street dan Rupiah Bersiap Menatap Jumat Keramat
Joe Biden
rmol news logo Sentimen dari rilis data inflasi AS akhirnya mencapai titik anti klimak di pasar global. Rilis data inflasi yang sangat ditunggu-tunggu itu secara agak mengejutkan menunjukkan besaran inflasi yang "lebih baik" dari ekspektasi pelaku pasar.

Otoritas AS merilis besaran inflasi untuk 12 bulan terakhir di bulan Juni sebesar 3,0 persen yang tercatat lebih rendah dari ekspektasi investor di kisaran 3,1 persen. Besaran inflasi tersebut diekspektasikan investor sebagai kian membuka peluang bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga beberapa waktu mendatang.

Dengan cepat rilis data tersebut disampar investor di Wall Street dengan aksi panic buying hingga meroketkan Indeks dalam rentang tajam. Indeks DJIA terpantau sempat melambung tinggi hingga kisaran 39.875,6 atau mendekati titik tertingginya sepanjang sejarah di kisaran 40.077,4. 

Namun tak lama berselang, aksi profit taking terlihat berbalik membenamkan Indeks dengan sangat tajam. Pola gerak Indeks yang relator serupa juga terpantau pada Indeks S&P 500 dan Indeks NASDAQ, yang bahkan lebih parah dengan berakhir di zona pelemahan tajam.

Bursa Wall Street akhirnya menutup sesi perdagangan dengan tragis di perdagangan Kamis 11 Juli 2024 beberapa jam lalu. Indeks DJIA bertahan di zona positif dengan naik sangat  tipis 0,08 persen dengan berakhir di 39.753,75. Sementara indeks S&P 500 berakhir lebih parah dengan merosot tajam 0,88 persen di 5.584,54.

Situasi lebih suram terjadi pada indeks Nasdaq yang terbanting 1,95 persen dengan berakhir di 18.283,41. Kerontokan Indeks Nasdaq terlihat dikontribusi signifikan oleh sejumlah Saham unggulan, seperti: Tesla yang runtuh 8,44 persen, Lam Research yang ambruk 5,97 persen, Nvidia yang terpangkas 5,57 persen, dan Applied Material yang longsor 5,38 persen. Aksi tekanan jual tragis kali ini terlihat semakin muram dengan kabar yang datang dari pentas perpolitikan AS. Laporan terkini menyebutkan, seakan mundur dari pencapresan yang semakin nyaring terhadap Joe Biden.

Biden yang dinilai sudah terlalu tua dan kerap mempertontonkan  kesalahan dalam pidatonya, telah membuat sebagian kalangan partai demokrat risau. Terkini bahkan sejumlah donatur partai Demokrat disebutkan mulai menghentikan pendanaannya hingga partai itu menemukan calon lain.

Laporan terkait sebelumnya juga menyebutkan opa Biden yang salah menyebut President Ukraina sebagai Putin dalam sebuah pertemuan Nato. Biden dalam sebuah konferensi pers, juga terekam salah menyebut wapres Kamala Haris dengan menyebutnya sebagai Trump yang merupakan capres dari Partai Republik.

Serangkaian situasi Ini terlihat menjadi sempurna bagi investor untuk beralih melakukan tekanan jual, terlebih dalam beberapa hari sesi perdagangan sebelumnya Indeks telah melonjak secara konsisten.

Kemuraman Wall Street bahkan kini telah terpantau mulai menjalar di sesi perdagangan akhir pekan di Asia, Jumat 12 Juli 2024. Pantauan terkini menunjukkan, Indeks Nikkei (Jepang) yang mulai ambruk curam 1,72 persen di 41.497,95. Keruntuhan juga terlihat mendera Indeks KOSPI (Korea Selatan) yang telah terbanting 0,91 persen di 2.864,96. Sedangkan Indeks ASX 200 terlihat Masih mencoba bertahan dengan naik tipis 0,19 persen di 7.904,2.

Bursa Saham Indonesia dengan demikian harus bersiap menatap sesi perdagangan akhir pekan  kali ini sebagai Jumat keramat. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diyakini akan cenderung mengalami tekanan jual setelah pada sesi perdagangan kemarin gagal mengikuti pesta rally bursa global. Namun masih mungkin bagi IHSG untuk kembali mengalami tekanan jual terbatas.

Situasi yang seragam juga terpantau di pasar uang, di mana nilai tukar mata uang utama Dunia yang terpantau sempat melonjak tajam usai rilis data inflasi AS. Namun secara perlahan mengikis lonjakan penguatan tersebut hingga sesi perdagangan pagi Ini di Asia. 

Prospek Rupiah oleh karenanya juga diperkirakan akan mengalami mass kurang menguntungkan dalam mengaljiri pekan Ini. Dan situasi terlihat seiring dengan tinjauan teknikal  tim riset RMOL yang sempat disinggung dalam ulasan pasar untuk sesi perdagangan Kamis kemarin, di mana pola teknikal dalam time frame H4 memperlihatkan telah terjadinya divergence dalam alat teknikal MACD. Divergence tersebut terlihat pada Euro, Pound, dan Dolar Australia.rmol news logo article
EDITOR: ADE MULYANA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA