Hal ini bertujuan agar industri tersebut dapat mengurangi ketergantungan terhadap energi yang bersumber dari batu bara.
Staf Ahli Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam Kementerian ESDM Lana Saria mengatakan, dengan penerapan teknologi dual-fuel, diharapkan proses operasional smelter dapat lebih fleksibel dan ramah lingkungan.
Ia juga mengungkapkan bahwa di bawah kewenangan Kementerian ESDM, hanya 5 smelter yang masih bergantung kepada energi batu bara.
"Sudah mulai diminta oleh Bapak Menteri (ESDM Arifin Tasrif) untuk menggunakan gas alam atau solar," ujar Lana Saria, dalam acara "Masa Depan Industri Batu Bara di Tengah Tren Transisi Energi" di Jakarta, dikutip Jumat (14/6).
Smelter-smelter yang saat ini masih dalam proses konstruksi juga sudah diminta untuk mempersiapkan fasilitas dual-fuel.
Langkah-langkah tersebut merupakan salah satu wujud komitmen Indonesia dalam mengurangi emisi karbon dari sektor pertambangan.
"Mudah-mudahan, tidak dalam waktu yang terlalu lama, kita sudah bisa melakukan transisi energi dari batu bara ke energi lainnya," kata Lana.
Lana juga memaparkan bahwa pada 2023, realisasi produksi batu bara Indonesia mencapai sekitar 725 juta ton. Hal tersebut, kata dia, menunjukkan kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia.
BERITA TERKAIT: