Kinerja positif keuangan Pertamina juga terlihat pada EBITDA atau pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi sebesar 14,36 miliar dolar AS. Angka ini naik 6 persen dibanding EBITDA 2022. Sementara, pendapatan konsolidasian pada 2023 adalah sebesar 75,79 miliar dolar AS.
Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati menjelaskan, sejak restrukturisasi organisasi, tren kinerja keuangan konsolidasian Pertamina positif dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Di sisi lain, kinerja operasional di seluruh lini baik holding dan subholding juga semakin solid dan andal.
“Pertamina berhasil mengelola operasinya untuk mempertahankan pertumbuhan laba. Kinerja keuangan pada tahun 2023 meningkat dibandingkan tahun 2022 karena pengelolaan efisiensi, optimalisasi biaya, liabilitas, dan pembayaran kompensasi,” ungkap Nicke, Rabu (12/6).
Menurut Nicke, restrukturisasi holding subholding tetap berhasil mengedepankan peran kolaborasi aktif melalui orkestrasi sejumlah inisiatif strategis di sektor finansial. Selain melakukan
cost optimization, upaya penghematan biaya bunga, strategi transaksi lindung nilai valuta asing, suku bunga, dan komoditas, serta upaya memitigasi risiko valas dan kredit berhasil menghindarkan potensi kerugian serta menciptakan kontribusi sekitar 1,1 miliar dolar AS.
Kinerja keuangan Pertamina yang positif, tambahnya, juga tidak lepas dari dukungan Pemerintah yang tercermin pada pembayaran kompensasi harga selama tahun 2023, mencapai Rp119,31 triliun (di luar pajak).
“Kami sangat mengapresiasi Pemerintah yang terus mendukung Pertamina secara konsisten melalui revisi peraturan yang memungkinkan pembayaran lebih cepat, penyesuaian harga produk, dan peningkatan anggaran,” imbuhnya.
Tidak hanya dari aspek keuangan, kinerja operasional Pertamina yang ditopang oleh 6 subholding dan anak usahanya juga terus bertumbuh.
Sementara, di sektor ESG, Nicke juga menegaskan komitmen Pertamina dalam mengejar target pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 32 persen pada 2030. Hal ini dimaksudkan untuk berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim, serta untuk mendukung pencapaian
Net Zero Emission (NZE) Pemerintah Indonesia.
Pencapaian pertumbuhan aspek ESG (
environmental, social, governance) Pertamina terlihat pada skor Pertamina per 1 Desember 2023 menjadi 20,7 (
Medium Risk), atau naik dari sebelumnya 22,1 (
Medium Risk). Adapun skor
Sustainalytics yang lebih rendah mencerminkan tingkat risiko yang lebih baik.
“Peringkat risiko ESG Pertamina naik menjadi peringkat satu dunia dalam subindustri
Integrated Oil and Gas dari 61 perusahaan dunia,” ujar Nicke.
Ditambahkan Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, Pertamina mengatasi berbagai tantangan pada 2023 dengan berbagai upaya, sebagai wujud komitmen Pertamina untuk menjaga kinerja perusahaan baik operasional dan finansial sekaligus menjaga ketahanan energi nasional.
“Dengan dukungan dari semua stakeholder, Pertamina mampu mencapai kinerja yang bertumbuh pada 2023. Pada 2024 ini, kami akan terus berupaya menjaga kinerja positif dan memberikan manfaat untuk masyarakat,” pungkas Fadjar.
Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target
Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian
Sustainable Development Goals (SDGs).
Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan
Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.
BERITA TERKAIT: