Pelabuhan Tanjung Priok kini berada pada peringkat ketiga di kawasan ASEAN setelah Pelabuhan Tanjung Pelepas Malaysia dan Singapura.
Founder dan CEO SCI Setijadi menyampaikan hal itu berkaitan dengan rilis
The Container Port Performance Index (CPPI) 2023 oleh World Bank Group bersama S&P Global Market Intelligence baru-baru ini.
Rilis itu juga mencatat peringkat beberapa pelabuhan laut utama lainnya di Indonesia, yaitu Pelabuhan Tanjung Perak peringkat 101, Pelabuhan Tanjung Emas peringkat 150, dan Pelabuhan Belawan peringkat 308.
Setijadi menyatakan perbandingan kinerja pelabuhan-pelabuhan kontainer secara global penting untuk mendorong peningkatan kinerja pelabuhan-pelabuhan yang akan mempengaruhi kinerja logistik melalui peningkatan efisiensi waktu dan biaya pengiriman, serta pengurangan ketidakpastian dan gangguan dalam rantai pasok.
“Kinerja pelabuhan kontainer sangat mempengaruhi daya saing produk dan komoditas dalam rantai pasok global, karena seperti tercantum dalam rilis itu, lebih dari 80 persen volume perdagangan global dikirim melalui transportasi laut dan lebih dari 60 persen pengirimannya dengan kontainer,” kata Setijadi dalam keterangannya, Senin (10/6).
SCI memberikan rekomendasi berkaitan dengan kinerja pelabuhan dan upaya untuk peningkatan efisiensi logistik nasional.
“Pertama, menjadikan pencapaian Pelabuhan Tanjung Priok sebagai
lesson learned bagi perbaikan kinerja pelabuhan-pelabuhan di Indonesia, terutama pelabuhan kontainer,” jelasnya.
Kedua, sambung dia, melanjutkan penataan dan pengembangan
hub & spoke pelabuhan-pelabuhan Indonesia untuk mewujudkan prinsip
“locally integrated & globally connected”.“Ketiga, pengembangan sistem transportasi multimoda dengan transportasi laut sebagai
backbone yang terintegrasi dengan transportasi hinterland setiap wilayah berdasarkan karakteristik geografis Indonesia sebagai negara kepulauan,” bebernya.
Masih kata Setijadi, keempat, melanjutkan pembangunan infrastruktur, baik pada simpul maupun jaringan transportasi secara terintegrasi, berdasarkan suatu rencana induk pembangunan infrastruktur konektivitas nasional.
“Kelima, peningkatan dan penguatan penerapan National Logistics Ecosystem (NLE) yang diinisiasi untuk memperbaiki kinerja logistik Indonesia dengan mendorong terutama efisiensi waktu dan biaya,” terang dia.
“Keenam, peningkatan kolaborasi dan sinergi antar penyedia jasa logistik, antara penyedia dan pengguna jasa logistik, serta peningkatan dukungan pemangku kepentingan lainnya, termasuk kementerian/lembaga terkait secara terpadu untuk memperlancar arus logistik,” pungkasnya.
BERITA TERKAIT: