Dikutip dari
Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent dibanderol sebesar 82,54 dolar AS (Rp1.326.000) per barel atau turun 0,3 persen dibandingkan perdagangan sebelumnya.
Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga tercatat menurun 0,2 persen menjadi 78,07 dolar AS (Rp1.254.000) per barel.
Pelemahan ini kembali terjadi di tengah perdebatan mengenai suku bunga AS yang tinggi diyakini masih akan ditahan oleh The Fed di kisaran di level 5,25 persen - 5,50 persen.
Menurut para analis, The Fed akan mempertahankan suku bunganya lebih lama, untuk mendukung penguatan dolar. Sehingga kebijakan tersebut mengakibatkan harga minyak menjadi lebih mahal, dan menurunnya permintaan bahan bakar tersebut.
"Harga minyak juga turun di tengah tanda-tanda lemahnya permintaan yang terdeteksi dari persediaan bensin dan sulingan AS yang meningkat dalam seminggu menjelang dimulainya musim mengemudi di AS," kata analis ANZ dalam sebuah catatan.
Meski demikian, pelemahan harga itu masih dapat tertahan oleh ekspektasi Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, OPEC+ yang diyakini akan memperpanjang pengurangan pasokan hingga paruh kedua tahun ini.
BERITA TERKAIT: