Dalam sebuah unggahan di media sosial, terekam ratusan pekerja pabrik yang mengenakan seragam berbondong-bondong meninggalkan tempat mereka mencari nafkah. Beberapa mengucap lirih, "Selamat tinggal BATA."
Penghentian produksi pabrik sepatu yang berlokasi di Jalan Raya Cibening, Kecamatan Bungursari, Purwakarta, itu telah diumumkan melalui keterbukaan Informasi di Bursa Efek Indonesia.
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Purwakarta , Jawa Barat, mengatakan, pihaknya telah menerima informasi dari manajemen mengenai kondisi PT Sepatu Bata yang gulung tikar akibat sepi order.
Sebelum resmi ditutup, pihak perusahaan telah melaporkan rencana penghentian produksi di pabrik yang berlokasi di Jalan Raya Cibening, Kecamatan Bungursari, Purwakarta. Di antara alasannya, karena selama empat tahun terakhir, pabrik sepatu Bata ini mengalami kerugian.
"Pada awal Mei 2024, kami menerima laporan terjadinya PHK, karena perusahaannya tutup," terang Kepala
Disnakertrans Purwakarta Didi Garnadi, dikutip Senin (6/5).
PT Sepatu Bata melakukan PHK para karyawannya secara bertahap. Jumlah karyawannya yang terkena PHK sebanyak 233 orang.
Didi memaparkan bahwa pihak perusahaan telah melaporkan akan menyelesaikan seluruh hak-hak karyawannya yang di-PHK, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
PT Sepatu Bata Tbk mendirikan pabrik di Purwakarta sejak 1994 dan resmi ditutup pada awal Mei 2024.
Laporan keuangan per 31 Desember 2023, BATA mencatat rugi tahun berjalan yang diatribusikan ke entitas induk sebesar Rp190,29 miliar. Nilai ini membengkak 79,65 persen dari Rp105,92 miliar di tahun 2022.
Tren penurunan laba Bata sendiri sudah berjalan selama empat tahun. Pada 2020, atau masa dimulainya karantina Covid-19, Bata mencatatkan kerugian sebesar Rp177,76 miliar pada 2020, turun drastis dari sebelumnya mencatatkan laba Rp23,44 miliar.
Pada 2021, rugi bersihnya membaik menjadi rugi bersih sebesar Rp51,2 miliar dan membengkak kembali di tahun 2022 menjadi Rp105,91 miliar.
BERITA TERKAIT: