Hal tersebut dikatakan Presiden Joko Widodo dalam Rakernas Kesehatan di ICE BSD, Tangerang, Rabu (24/4), saat menyoroti darurat tenaga kesehatan di Indonesia yang berada di level 0,47 dibanding jumlah penduduk.
"Ada 1 juta lebih warga negara kita berobat ke luar negeri, ke Singapura, Malaysia, Jepang, Amerika, Eropa," kata Jokowi.
Dalam pidatonya, Jokowi juga menyoroti bahwa negara telah kehilangan sekitar Rp180 triliun, imbas dari masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri.
"Kita kehilangan 11,5 miliar dolar, kalau dirupiahkan itu Rp 180 T hilang karena warga kita tidak mau berobat di dalam negeri. Pasti ada alasan kenapa enggak mau," lanjutnya.
Untuk itu, hal tersebut kata Jokowi akan menjadi PR besar bagi Indonesia untuk memajukan sektor kesehatan di Tanah Air, dengan mengejar ketertinggalan jumlah dokter, dan industri farmasi yang sampai saat ini masih impor.
"52 persen alat kesehatan (alkes) kita juga belum (produksi sendiri). Urusan yang kecil-kecil ini harus kita berani memproduksi sendiri," pungkasnya.
Sementara itu, jika mengacu kepada standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), rasio jumlah dokter, termasuk dokter umum dan spesialis yang ideal, yaitu 1/1000 atau 1 dokter per 1000 penduduk.
Apabila sebuah negara berhasil memenuhi "golden line" tersebut, maka dapat dikategorikan berhasil dan bertanggung jawab kepada rakyat di bidang kesehatan.
Namun, angka terakhir yang di dapatkan dari WHO dan juga World Bank, rasio Indonesia masih berada di 0,47/1000. Sehingga angka tersebut membawa Indonesia menempati posisi ketiga terendah di ASEAN setelah Laos 0,3/1000 dan Kamboja 0,42/1000.
BERITA TERKAIT: