Usai melakukan merger, perusahaan pengelola pelabuhan pelat merah terus berbenah melakukan transformasi di setiap terminalnya.
“Pelindo menggunakan
single window di seluruh (terminal) Pelindo, dikelola dengan sistem sama. Tanjung Priok akan menghadapi layar yang sama dengan yang di Sorong dan tempat lainnya. Saat ini (transformasi) itu sudah belasan pelabuhan dan relatif lebih cepat,” ujar Dirut PT Pelindo Arif Suhartono saat berbincang dengan
Kantor Berita Politik RMOL di Jakarta, Rabu (10/1).
Menurut dia, langkah tersebut tentu mendorong percepatan implementasi NLE di seluruh Indonesia. Pelindo juga menyediakan aplikasi-aplikasi seperti PHINISI, PALAPA dan PTOS-M dalam menyambut era digitalisasi.
“Kalau secara garis besar ada namanya inaportnet. Kalau kapal datang itu ada
traceable, trackable, dan kita di NLE ada suatu sistem yang sudah
on board di sana menggunakan aplikasi namanya PHINISI,” ungkap Arif.
Lanjut dia, arus pergerakan barang akan terinformasi di seluruh stakeholder Pelindo, sehingga memudahkan pelayanan untuk customer.
Terkait barang, sambung Arif harus terinformasi juga di NLE. Artinya harus ada feasibility informasi atas pergerakan kapal dan barang di
window. “Kita sangat support terkait dengan ini. Lagi-lagi tidak
plug and play, di setiap tempat, kita instal PHINISI kemudian jalan di situ, tidak. Tapi kita mempersiapkan
resources yang ada, sosialisasi ke customer, dan yang pasti kita
fullfill di situ,” tegas dia.
Dia berharap sistem yang sudah berjalan masif terus dikembangkan dan disempurnakan, sehingga ekosistem logistik semakin tertata baik.
“Coba dibayangkan sistem informasi di seluruh Indonesia ter-
connect, bergeraknya kapal dan barang di platform tersebut, termasuk barang-barang yang komoditi dan sebagainya bisa kepantau. Sejatinya transformasi di pelabuhan merupakan transformasi ekosistem,” pungkas Arif.
BERITA TERKAIT: