Hal tersebut disampaikan Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Esther Sri Astuti, dalam Diskusi Publik "Evaluasi dan Perspektif Perempuan Indef terhadap Perekonomian Nasional" secara daring pada Kamis (28/12).
"Sudah disaksikan ya bahwa debat capres dan cawapres pada bulan lalu dan pada tanggal 22 Desember kemarin, ternyata belum memberikan suatu solusi yang jitu untuk perekonomian Indonesia," kata Ester.
Menurut Ekonom Indef itu, ide-ide yang diutarakan para paslon dirasa belum cukup dalam mengatasi permasalahan ekonomi nasional.
"Pada saat ide-ide dikemukakan para Paslon belum membumi. Jadi tujuannya hanya ingin menjadi Indonesia sebagai negara besar, Indonesia Emas, dan kemudian menciptakan generasi emas dengan adanya bonus demografi. Namun, hal itu tidak dibekali dengan investasi SDM yang cukup," jelasnya.
Para Paslon dinilai hanya fokus pada program infrastruktur ibukota, yang disebut bukan prioritas utama untuk perekonomian Indonesia.
"Malah beberapa program diarahkan ke pembangunan ibukota infrastruktur yang menurut saya bukan program prioritas. Untuk menjadi negara yang punya kekuatan ekonomi besar itu membutuhkan investasi SDM, modal yang besar dan teknologi," sambungnya.
Untuk itu, Ester menekankan perlunya gagasan dari para ekonom-ekonom kepada para paslon, agar penyelesaian masalah ekonomi dalam negeri dapat tertuju langsung akar masalahnya.
"Kenyataannya selama 30 tahun kita masih terjebak dalam middle income trap. Sehingga argumen yang dikemukakan Cawapres mungkin perlu sentuhan ide-ide gagasan dari srikandi ekonomi," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: