Berdasarkan laporan dari
Reuters, harga minyak mentah Brent pada Jumat (1/12) mengalami penurunan sebesar 0,3 persen menjadi 82,83 dolar (Rp 1.284 juta) per barel untuk kontrak Januari. Sementara kontrak Februari mengalami penurunan lebih besar, yaitu 2,4 persen atau sekitar 2 dolar, mencapai 80,86 dolar (Rp 1.253) per barel.
Tidak hanya Brent, minyak mentah berjangka West juga turun sebesar 2,4 persen menjadi 75,96 dolar (Rp 1.177 juta). Selama periode November, minyak ini terpantau mengalami penurunan signifikan sebesar 6,2 persen.
Penurunan harga itu terjadi setelah OPEC+ melibatkan produsen minyak besar seperti Arab Saudi dan Rusia, serta anggota OPEC lainnya, menyetujui pengurangan produksi sukarela sekitar 2 juta barel per hari pada kuartal pertama 2024.
Meskipun keputusan ini diharapkan dapat menstabilkan harga minyak, pasar merespon dengan kebingungan.
"Untuk saat ini, hasilnya tidak sesuai dengan harapan dalam beberapa hari terakhir," kata kepala komoditas di Investec, Callum MacPherson
Sementara itu, James Davis dari FGE mengungkapkan pandangannya bahwa langkah OPEC+ mungkin cukup untuk menjaga keseimbangan pasar, meskipun masih ada keraguan apakah pengurangan itu dapat mencapai tujuan tersebut di kuartal pertama.
"Ini bisa saja merupakan pengurangan aktual sekitar 500 ribu barel per hari dibandingkan dengan kuartal keempat. Ini mungkin cukup untuk menjaga keseimbangan pasar di kuartal pertama, tapi itu akan hampir tercapai," katanya.
BERITA TERKAIT: