Hal tersebut dikatakan Plh. Direktur Pengembangan Ekspor Produk Primer Kementerian Perdagangan (Kemendag), Miftah Farid, yang menunjukkan data terkait adanya peningkatan signifikan dalam ekspor produk seperti biskuit berbasis gandum.
"Ada peningkatan untuk processed food (makanan olahan) berbasis gandum seperti biskuit. Di tahun 2023 ini tumbuh di atas 10% yakni 12,18 persen," katanya dalam Press Conference The Global Food Marketplace atau Salon International de I'alimentation (SIAL Interfood) di kantor Kemendag, Rabu (1/11).
Menurut Miftah, food preparation seperti meals (pangan olahan setengah jadi) meningkat 151 persen.
"Ini menunjukkan ada relevansi kebutuhan substitusi gandum tadi, memang ada pertumbuhan di sektor yang bahan bakunya dari gandum," tambahnya.
Kondisi ini terjadi saat negara-negara Eropa membutuhkan gandum. Padahal, Indonesia sendiri merupakan salah satu negara pengimpor gandum terbesar di dunia.
Berdasarkan data dari Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO) volume impor gandum mencapai hampir 9,5 juta ton, dan selama periode Januari-Mei 2023, volume impor hampir mencapai 4,2 juta ton.
Selain makanan jadi seperti biskuit, ada juga bahan baku makanan lain dari Indonesia yang berpotensi mengalami kenaikan penjualan, yakni produk perikanan, yang penjualannya saat ini akan digencarkan di pasar Eropa.
BERITA TERKAIT: