Mengutip
CNN Business pada Jumat (24/9), China merupakan produsen dari 80 persen mineral bernama galium dunia dan sekitar 60 persen germanium.
Critical Raw Materials Alliance merujuk pada data bea cukai China, melaporkan bahwa negara ekonomi besar itu tidak menjual mineral apapun di pasar internasional bulan lalu.
Bahkan di bulan Juli, terdapat aduan yang menyebut pihak China telah mengekspor 5,15 metrik ton produk galium dan 8,1 metrik ton produk germanium palsu.
Tindakan China untuk membatasi ekspor mineral langka disinyalir merupakan bagian dari perlawanannya terhadap kontrol ekspor yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan semakin memanasnya perang teknologi.
Para analis mengatakan, pembatasan ekspor adalah pedang bermata dua yang dapat merugikan perekonomian China dan mempercepat perpindahan rantai pasokan ke luar negeri.
"China mungkin menjadi pemimpin industri dalam memproduksi kedua elemen tersebut, namun terdapat produsen alternatif, serta tersedia pengganti untuk kedua bahan tersebut," ujar analis dari Eurasia Group.
Penurunan ekspor mineral China diklaim sudah terasa di dalam negeri. Karena persediaan menumpuk, harga galium jatuh.
Menurut informasi dari Shanghai Metal Market, pada Kamis (21/9), harga spot galium mencapai 1.900 yuan (Rp 3,9 juta) per metrik ton, turun hampir 20 persen dari awal Juli.
Sementara itu, harga spot germanium sedikit meningkat karena terbatasnya pasokan, mencapai 10.050 yuan (Rp 21,5 juta) per metrik ton.
BERITA TERKAIT: