Dalam webinar bertajuk "Investasi, Nilai Tambah, dan Kesinambungan Pembangunan" yang turut dihadiri Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, Didik memaparkan satu contoh konkret dari strategi daya saing dan ekspor yang pernah terjadi di era Presiden kedua RI, Soeharto.
"Mengapa pada tahun 1980 dan 1990-an ekonomi RI bisa tumbuh di atas 7 persen? Itu setelah terjadi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang buruk pada 1980-1981 yang hanya satu sampai dua persen setelah menikmati era
Oil Boom," ujar Didik dikutip melalui keterangan tertulis yang diterima Kamis dini hari (9/9).
Era
Oil Boom yang disebutkan Didik tersebut terjadi sebanyak dua kali di periode tahun 1974 dan 1979. Yang mana saat itu, naiknya harga minyak dunia pada tahun 1970an merupakan berkah tak terduga. Karena di tengah upaya mendorong peningkatan investasi, pemerintahan saat itu mendapatkan suntinkan dana
dari penerima ekspor minyak.
Akibatnya, penerimaan Negara yang melonjak Rp 246,2 miliar tahun 1967/1970 dan Rp 1.770,6 miliar 1974/1975, atau naik 619 persen. Selain itu, kontribusi dari hasil ekspor minyak untuk Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) juga meningkat.
Saat itu, ekspor minyak yang jumlahnya melampaui pajak dan berdampak pada Investasi pemerintah yang meningkat drastis dari Rp 118,2 miliar pada tahun 1969 menjadi Rp 4.4014,2 miliar pada tahun 1979, atau tumbuh 3.296 persen.
Maka dari itu, menurut Didik ada tiga kata kunci untuk membangun perekonomian Indonesia yaitu investasi, industri dan ekspor. Dengan tiga fungsi ini, ia yakin hal terpenting Indonesia untuk ke depannya adalah menjalankan strategi daya saing dan ekspor.
"Titik awal dari strategi tersebut adalah mengundang investasi yang berkualitas, berdaya saing, dan layak ekspor sehingga menghasilkan devisa," tuturnya.
Sebagai contohnya, Didik menyebutkan negara tetangga Indonesia di ASEAN seperti Jepang Korea, Taiwan, Hongkong hingga Singapura yang dalam beberapa dekade terakhir melakukan pembangunan ekonomi strategi dan kebijakan Investasi, industrialisasi dan orientasi ekspor.
"Indonesia juga sudah melakukannya tahun 1980-an dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 7 persen," demikian Didik J Rachbini.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: